SKK Migas Sebut Sejumlah Proyek Migas RI 'Ngaret' Akibat Kekurangan Tukang Las
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan kendala yang membuat molornya sejumlah proyek migas di Tanah Air. Permasalahan ini pun berdampak pada produksi secara nasional.
Hal itu diutarakan Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, Rudi Satwiko, dalam konferensi pers 'Supply Chain & National Capacity Summit 2024' di kantor SKK Migas, Jakarta. Rudi mengatakan, salah satu kendala molornya proyek-proyek migas itu yakni akibat sulitnya mencari welder atau tukang las, karena banyak dari pelaku profesi tersebut yang 'dibajak' oleh negara lain.
"Sekarang agak susah masalah (mencari pekerja) welder. Jadi ada beberapa pekerjaan kami ini ter-delay semacam proyek-proyek besar kaya Forel dan ada beberapa yang lain, itu ternyata welder kita juga dibajak," kata Rudi, Rabu, 7 Agustus 2024.
Bahkan, Rudi mengakui bahwa para tenaga kerja di sektor hulu migas yang dibajak itu tidak hanya di level engineer, melainkan sampai level tenaga terampil.
"Jadi yang dibajak keluar negeri itu bukan hanya engineer, tapi tenaga-tenaga terampil kita juga dibajak," ujar Rudi.
Meski demikian, Rudi mengaku bahwa SKK Migas dan sejumlah KKKS telah menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Antara lain yakni melalui jalinan kerja sama dengan pihak Solo Techno Park, untuk melakukan pembinaan sumber daya manusia (SDM) di bidang-bidang yang dibutuhkan tersebut.
Dia berharap, dengan adanya pembinaan SDM pada sektor-sektor yang dinilai penting dalam mendukung proyek-proyek migas nasional itu, nantinya akan lahir SDM-SDM mumpuni yang akan turut berkontribusi dalam mendorong produksi migas di Tanah Air.
"Jadi sudah ada beberapa KKKS yang bekerja sama dengan Solo Techno Park, seperti misalnya Pertamina dan lain-lain," ujarnya.