Jokowi Ungkap Indonesia Telah Raih Omzet Hilirisasi Nikel Capai Rp 510 T

Luhut Binsar Pandjaitan Ikut Dampingi Presiden Jokowi di Kendal Jateng
Sumber :
  • Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden

Jakarta, VIVA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa Indonesia telah meraih omzet dari hilirisasi nikel, hingga mencapai Rp510 triliun, dari sebelumnya hanya sekitar Rp 33 Triliun. 

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Tak Cawe-cawe soal Terpilihnya Anindya Bakrie jadi Ketua Kadin

Apalagi, Indonesia tidak lagi mengekspor produk nikel mentah, namun telah diolah menjadi sejumlah produk di Indonesia, salah satunya yakni kendaraan listrik atau electronic vehicle yang disingkat dengan EV.

Presiden menceritakan, saat awal proses hilirisasi, sempat mendapat penentangan pada tahun 2022. Karena pada saat itu Indonesia harus menahan pemasukan yang berada di angka Rp20 triliun. 

Apresiasi 10 Tahun Jokowi, Masyarakat Dukung dan Sambut Prabowo dengan Harapan Baru

Peresmian masuknya komoditas nikel dan timah ke SIMBARA di Kemenkeu

Photo :
  • Antara

Selain itu, Jokowi juga menyebut ada sejumlah gugatan salah satunya dari Uni Eropa karena kebijakan hilirisasi tersebut.

Bursa Asia Bervariasi usai China Rilis Data Ekonomi Tidak Sesuai Ekspektasi

"Dari yang sebelumnya Rp 33 Triliun, melompat jadi kira-kira 510 Triliun Rupiah. Lompatan sangat besar sekali, meskipun sekali lagi awal-awal banyak yang tidak setuju, pro dan kontra, dan juga yang kedua kita digugat oleh EU, oleh Uni Eropa dan kita kalah," kata Presiden Jokowi dalam peresmian Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium, di Kendal, Jawa Tengah, yang siarkan juga melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 7 Agustus 2024.

Jokowi menegaskan, setiap gugatan di pengadilan manapun harus dihadapi. Dia mengatakan tidak akan mundur terutama setelah melihat Indonesia memiliki sejumlah kawasan ekonomi khusus (KEK) yang salah satunya ada di Kendal.

Angkot Listrik Bogor (ALIBO) dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum

Photo :
  • PLN

"Tapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-galanya buat kita. Tidak bisa kita didikte oleh siapapun, saya sampaikan pada menteri, maju terus. (Jika) digugat kalah, (kita) banding!" kata Jokowi.

Dalam kesempatan sama, Kepala negara juga menyebut sejumlah smelter nikel akan segera beroperasi dalam waktu dekat. Seperti di Morowali, Wedape, hingga Sumbawa dan Gresik. 

Selain itu Jokowi juga mengungkapkan pengolahan produksi bauksit di Kalimantan Barat yang akan beroperasi di September mendatang.

"Sehingga, kalau semua jadi, ekosistemnya akan terbangun, kita akan bisa masuk ke global supply chain yang akan memberikan nilai tambah yang besar baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Di samping itu, Jokowi juga mengapresiasi kinerja Pemerintah dan investor Cina yang cepat merealisasikan pembangunan pabrik di Indonesia usai penandatanganan kesepakatan.

Menurut Jokowi, saat ini tidak relevan lagi dengan istilah negara maju ataupun berkembang, melainkan negara cepat mengalahkan yang lambat.

"Baru 10 bulan yang lalu kita tandatangan di Beijing tahu-tahu pabriknya sudah jadi. Ini yang namanya kecepatan dan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita sekarang sudah jadi negara yang cepat," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya