Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp 7.376 Triliun, OJK: Tumbuh 12,36 Persen

Ilustrasi transaksi perbankan.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

Jakarta, VIVA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kinerja fungsi intermediasi perbankan per Juni 2024 berada dalam tren positif. Tercatat, penyaluran kredit tumbuh 12,36 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 7.376 triliun.

Tantangan Baru untuk Bank Tradisional di 2025: Industri Perbankan Harus Beradaptasi?

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae menjelaskan, penopang utama dari tren positif tersebut yakni kinerja kredit investasi yang tumbuh hingga 14,8 persen (yoy), seiring likuiditas bulan Juni 2024 yang tercatat memadai.

"Secara penggunaannya, pertumbuhan kredit itu ditopang oleh investasi yang tumbuh 15,09 persen (yoy), kredit modal kerja yang tumbuh 11,68 persen, serta kredit konsumsi yang juga tumbuh 10,80 persen," kata Dian dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.

Layanan Keuangan 2025: Walmart Pay dan Apple Card Vs. Bank Tradisional

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.

Photo :
  • Dokumentasi OJK.

Kemudian, Dian juga melaporkan bahwa dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,45 persen (yoy) menjadi Rp 8.722 triliun. Sehingga, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) pun naik, dari 84,8 persen per Mei 2024 menjadi 85,74 persen per Juni 2024. 

KPK: Tersangka Korupsi Kasus LPEI Kemungkinan Bertambah

"Sementara rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan terkoreksi, dari 27,16 persen menjadi 26,18 persen (yoy)," ujarnya.

Dia menambahkan, tantangan suku bunga tinggi juga kian berdampak pada rasio profitabilitas perbankan, yang tercermin dalam rasio Net Interest Margin (NIM) yang turun ke level 4,57 persen per Juni 2024. Posisi itu tercatat lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu di level 4,80 persen, dan posisi akhir tahun 2023 yang berada di level 4,81 persen.

Dia menambahkan, rezim bunga acuan tinggi juga telah mengerek bunga simpanan perbankan dalam setahun terakhir, dan dinilai menjadi salah satu penyebab NIM perbankan tergerus. Di sisi lain, pihak bank juga tidak semerta-merta meningkatkan bunga kredit yang dimiliki. Alih-alih naik, suku bunga kredit bank di segmen modal kerja dan konsumtif justru turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

"Ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya, meskipun NIM turun," kata Dian, 

Namun, Dian menilai bahwa profitabilitas perbankan tetap terjaga, dengan rasio return on asset (ROA) yang per Juni 2024 yang berada di level 2,56 persen. Walaupun, capaian itu juga tercatat turun dari periode yang sama tahun lalu yang berada di level 2,73 persen.

"Tapi rasio ROA ini tetap masih tinggi," ujarnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan OECD/INFE (dok: OJK)

Simak Kesepakatan Kolaborasi OJK dan OECD untuk Edukasi Keuangan Global

OJK dan Organization for Economic Co-operation and Development/International Network on Financial Education (OECD/INFE) menyepakati beberapa hal dalam pertemuan di Bali.

img_title
VIVA.co.id
9 November 2024