OJK Ungkap Pelemahan IHSG Capai 0,23 Persen hingga Akhir Juli 2024
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar
Jakarta, VIVA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 0,23 persen secara year-to-date (ytd) yaitu dari awal tahun sampai 31 Juli 2024. Namun secara month-to-date (mtd), Inarno mengatakan bahwa IHSG naik 2,72 persen ke level 7.255,76, dengan peningkatan kapitalisasi pasar sebesar 1,83 persen.
"IHSG menguat 2,72 persen (mtd) ke level 7.255,76 pada 31 Juli 2024, atau terkoreksi 0,23 persen year-to-date (ytd). Sementara nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 12.338 triliun, naik sebesar 1,83 persen (mtd) sementara year-to-date naik sebesar 5,76 persen," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.
Dia menambahkan, dari sisi non-residen, tercatat net buy Rp 6,68 triliun secara month-to-date (mtd). Sementara secara year-to-date (ytd) masih menyisakan net sell sebesar Rp 1,05 triliun.
Selanjutnya, penghimpunan dana di pasar modal dilaporkan masih berada dalam tren positif, yang tercatat dari nilai penawaran umum yang mencapai Rp 129,9 triliun. Dimana sebesar Rp 4,39 triliun di antaranya merupakan fundraise dari 28 emiten baru.
"Di sisi penggalangan dana Securities Crowdfunding (SCF) hingga Juli 2024, terdapat 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 579 penerbit, 159.997 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun sebesar Rp 1,15 triliun," ujarnya.
Sementara indeks pasar obligasi (ICBI) tercatat menguatan 1,09 persen (mtd), atau naik 2,66 persen (ytd) ke level 384,57. Dimana pasar obligasi korporasi investor non-residen mencatat net sell sebesar Rp 0,58 triliun (mtd), dan secara year-to-date (ytd) senilai Rp 2,22 triliun.
Kemudian pasar SBN mencatatkan net buy sebesar Rp 4,9 triliun (mtd), dan secara year-to-date masih membukukan net sell sebesar Rp 29,05 triliun.
"Lalu pada industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp 830,25 triliun atau naik sebesar 0,51 persen (mtd) atau 0,67 persen (ytd). Tercatat juga net subscription sebesar Rp 2,75 triliun (mtd), sementara secara year-to-date masih ada net redemption sebesar Rp 12,53 triliun," kata Inarno.
"Dari sisi perdagangan bursa karbon, hingga 31 Juli 2024 tercatat 70 pengguna jasa yang mendapatkan izin, dengan total volume sebesar 613.541 ribu ton co2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp 37,04 miliar," ujarnya.