Bursa Asia Jeblok Dampak Aksi Jual Investor Berlanjut, Investor Khawatirkan Resesi Ekonomi
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Asia, VIVA – Bursa Asia-Pasifik membuka pasar dengan mayoritas indeks melemah akibat tren aksi jual masih terjadi sejak penutupan bursa pada akhir pekan, Jumat (2/8/2024). Saat ini, investor tengan menunggu data perdagangan utama dari China dan Taiwan serta keputusan bank sentral Australia dan India.
Bursa di negara Jepang memimpin kerugian di kawasan Asia imbas indeks Nikkei 225 dan Topix anjlok sekitar 7 persen. Emiten dari sektor industri, seperti Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo dan Marubeni kompan turun lebih dari 10 persen.
Mengutip CNBC, Nikkei dan Topix juga jeblok setelah jatuh hampir 20 persen dari titik tertingginya pada 11 Juli 2024. Pada Jumat (2/8/2024), indeks Nikkei 225 Jepang dan Topix turun masing-masing lebih dari 5 persen dan 6 persen. Indeks Topix mencatat hari terburuknya dalam delapan tahun dan Nikkei sejak Maret 2020.
Yen menguat ke level tertinggi terhadap dolar Amerika Serikat sejak Januari. Data terakhir diperdagangkan pada 145,42.
S&P Global akan merilis angka aktivitas sektor jasa untuk negara-negara di seluruh kawasan pada hari ini. Begitu juga rilis data ekonomi dari India dan China.
S&P/ASX 200 Australia turun 2,3 persen
Bank Sentral Australia memulai pertemuan guna kebijakan moneter yang akan berlangsung dua harinya terhitung mulai Senin (5/8/2024). Para ekonom memperkirakan bank sentral Australia akan mempertahankan suku bunga tetap pada angka 4,35 persen. Namun, pasar akan memantau pernyataan kebijakan moneter untuk mengetahui apakah RBA masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
Kospi Korea Selatan turun 3,9 persen. Indeks Kosdaq tergelincir 3,5 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada pada level 16.901. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir HSI pada level 16.945,51.
Pada Jumat (2/8/2024), saham-saham di Wall Street melemah tajam merespons laporan jumlah pekerja bulan Juli yang jauh lebih rendah dari yang diantisipasi. Lantas memicu kekhawatiran ekonomi dapat terjerumus ke dalam resesi.
Nasdaq adalah jadi indeks acuan utama yang memasuki wilayah koreksi. Nilai indeks turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. S&P 500 dan Dow masing-masing turun 5,7 persen dan 3,9 persen di bawah rekor tertingginya.
Indeks S&P 500 anjlok 1,84 persen. Nasdaq Composite melemah 2,43 persen. Disusul kemerosotan Dow Jones Industrial Average sebanyak 610,71 poin atau 1,51 persen.