5 Jenis Investasi Favorit Orang Tajir untuk Raup Passive Income Fantastis

Ilustrasi orang kaya.
Sumber :

Jakarta, VIVA – Peribahasa lama yang menyebut, "rajin menabung pangkal kaya" sudah tidak relevan di situasi dunia yang tak pasti. Banyak ahli sepakat berpendapat menabung dinilai kurang efektif dalam membangun kekayaan di masa depan. 

Kantongi Investasi Rp295 Triliun usai Kunjungan 5 Negara, Prabowo Subianto: Alhamdulillah!

Ada beberapa faktor yang meyakinkan menabung sulit untuk mewujudkan kebebasan finansial (financial freedom). Mulai dari inflasi keuangan global hingga harga barang yang terus meningkat. Alhasil, uang yang Anda simpan di bank berpotensi mengalami penurunan nilai. 

Pakar lebih menyarankan melakukan investasi untuk mengamankan kekayaan maupun sebagai sumber pendapatan pasif (passive income). Investasi terbukti membuat seseorang menjadi orang kaya bahkan milyarder, seperti Warren Buffett, Robert Kiyosaki, dan investor ulung lainnya.

Kunker ke Cina hingga AS, Prabowo Bawa Pulang Komitmen Investasi Rp294 Triliun

Mengutip Yahoo Finance, kalangan konglomerat memiliki akses ke berbagai tingkat peluang membangun kekayaan. Dengan mempertaruhkan pada peluang yang lebih besar untuk menghasilkan uang jumbo dengan sedikit bahkan tanpa usaha. Tentu risiko yang diambil pun cukup besar. 

Diketahui kelompok miliarder memiliki jenis investasi yang menjadi favorit sebagai sumber passive income mereka. Penasaran? Simak ulasannya di bawah ini.

Ketersediaan Lahan dan Infrastruktur, Kupang Siap Terima Investor

1. Properti

Sukanto Tanoto dikabarkan membeli properti mewah

Photo :
  • Forbes

Investasi di sektor properti sudah menjadi hal lumrah bagi orang-orang untuk mendapat passive income. Biasanya baik melalui pembelian properti langsung atau dana investasi real estate (REIT). Sektor properti dinilai selalu 'hijau', menawarkan arus kas yang stabil, keuntungan pajak, diversifikasi portofolio, dan potensi pertumbuhan relatif tinggi kepada investor.

"Real estat dapat menghasilkan pendapatan melalui sewa dan berpotensi meningkat nilainya seiring berjalannya waktu. Hal ini menarik karena potensinya untuk menghasilkan arus kas yang stabil dan manfaat pajak yang bahkan lebih bermanfaat bagi mereka yang memiliki kekayaan besar," jelas Founder Passive Income Freak, Forrest McCall.

Direktur Ontario Property Buyers, Sebastian Jania, menuturkan orang kaya lebih menaruh ketertarikan pada kepemilikan apartemen daripada membeli rumah pribadi. Orang tajir juga mengincar properti komersial dengan hasil tinggi seperti hotel, ruang kantor, dan fasilitas kesehatan.

2. Bisnis

ilustrasi restoran dimsum

Photo :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

Investasi di sebuah bisnis jadi hal biasa yang dilakukan orang-orang kaya untuk menambah aliran sumber dana pasif. McCall mengatakan menanamkan modal di sebuah perusahaan berpotensi menghasilkan keuntungan besar tanpa harus terlibat dalam operasional sehari-hari.

"Orang-orang super kaya biasanya tidak menghadiri rapat harian, berbicara dengan karyawan mereka. Mereka berstatus sebagai pemilik tetapi tidak menjalankan sebagai CEO. Namun, mereka mendapatkan keuntungan dari investasi terhadap perusahaan tersebut," imbuh Jania.

Bisnis favorit orang-orang kaya antara lain restoran, ritel hingga perusahaan teknologi dan produsen industri.

3. Saham dan Reksa Dana

Ilustrasi trading.

Photo :
  • The Balance

Investasi pada saham dan reksa dana unggulan masuk daftar passive income yang disukai orang tajir. Kedua jenis investasi ini tidak memerlukan banyak usaha. Seiring berjalannya waktu, investor akan memperoleh keuntungan dari dividen setiap emiten secara rutin tanpa harus jual-beli saham. 

"“Metode ini menawarkan keseimbangan antara perolehan pendapatan dan apresiasi modal. ETF melengkapi pendekatan ini dengan menyediakan diversifikasi dan mengurangi risiko yang terkait dengan saham individual," ujar CEO dan IFA di Cameron James, Dominic James Murray. 
membangun portofolio yang sangat terdiversifikasi di seluruh sektor dan geografi untuk memaksimalkan hasil sambil mengurangi risiko volatilitas.

Orang kaya biasanya berfokus pada saham yang memiliki rekam jejak apik. Ditandai dengan secara konsisten dividen selama beberapa dekade dan berkembang meskipun menghadapi lingkungan ekonomi yang menantang. Bagi mereka investasi saham mempunyai risiko rendah dan menawarkan perlakuan pajak lebih baik.

4.Ekuitas Swasta dan Modal Ventura

Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup.

Photo :
  • Freepik

Orang kaya juga memilih investasi pada ekuitas swasta dan modal ventura terhadap perusahaan rintisan (startup) dengan peningkatan tinggi sehingga berpeluang memberikan passive income besar. 

Daya tariknya terletak pada mengamankan saham di perusahaan yang sedang berkembang sebelum memasuki pasar publik atau diakuisisi. Meski demikian, risikonya juga semakin besar, mulai dari tingkat kegagalan yang tinggi hingga kurangnya likuiditas dan hilangnya modal. Tanpa keterlibatan dan dukungan yang berkelanjutan, perusahaan rintisan dapat gagal.

"Investasi ini mengandung risiko yang lebih tinggi, termasuk potensi kerugian modal secara total sehingga penting memiliki pemahaman menyeluruh tentang lanskap bisnis dan pendekatan investasi yang strategis," jelas Murray.

Orang-orang yang sangat kaya mengurangi risiko dengan berinvestasi pada berbagai tahap di berbagai portofolio perusahaan rintisan. Perusahaan yang merugi diimbangi oleh keuntungan tajam dari kesuksesan yang luar biasa. Konsultan keuangan membantu klien menilai peluang investasi ekuitas swasta dan modal ventura terbaik.

5. Aset Klasik

Pengunjung mengamati barang koleksi Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dipamerkan di Galeri BMKT, Gedung Mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2017.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Lukisan, artefak, alat musik, wiski hingga anggur merupakan serangkaian aset alternatif yang disukai oleh kalangan jutawan. Murray menjelaskan barang barang tersebut tergolong sebagai aset investasi klasik yang lebih menekan pada kenikmatan pribadi. Namun, aset klasik juga mempunyai nilai tinggi berkat tingkat apresiasi dari waktu ke waktu. Sehingga harganya lebih mahal. 

"Berinvestasi pada aset klasik (barang kuno)
memerlukan pengetahuan khusus dan pemahaman tentang risiko terkait. Investasi ini bisa rumit dan sering kali kurang transparan dibandingkan investasi tradisional," papar Murray. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya