Survei Sebut Perempuan Lebih Melek Literasi Keuangan Dibanding Laki-laki, Kenapa?
- Times of India
Jakarta, VIVA – Survei menyebut perempuan di Indonesia lebih melek literasi keuangan dibandingkan laki-laki. Data tersebut dipaparkan dalam survei literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan survei tersebut, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 65,43 persen. Sedangkan untuk inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan, secara persentase, perempuan memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan lebih tinggi. Ini berlaku untuk literasi keuangan konvensional, syariah dan komposit.
"Berdasarkan survei, indeks literasi keuangan konvensional pada perempuan berada di angka 66,39 persen, sedangkan laki-laki 63,80 persen," kata Friderica dalam paparannya di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.
Begitu juga dengan tingkat indeks literasi keuangan syariah, di mana perempuan memimpin dengan angka 40,45 persen dan laki-laki 37,78 persen. "Untuk komposit, perempuan di angka 66,75 persen, sedangkan 64,14 persen untuk laki-laki," jelasnya.
Hal serupa juga terjadi pada indeks inklusi keuangan. "Indeks inklusi keuangan konvensional pada perempuan berada di angka 74,45 persen, sedangkan untuk laki-laki 72,69 persen. Lalu untuk inklusi keuangan syariah, perempuan ada di angka 13,31 persen dan laki-laki 12,44 persen," sambungnya.
Kemudian, untuk indeks inklusi keuangan komposit, perempuan juga lebih tinggi yakni 76,08 persen dan 73,97 persen pada laki-laki.
Sebagaimana diketahui, ada lima kriteria yang menandakan jika seseorang itu melek literasi keuangan. Di antaranya pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap, dan perilaku.
"Pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan ini mempengaruhi sikap dan perilaku untuk pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan," kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Sementara itu, inklusi keuangan adalah kondisi ketika seluruh masyarakat usia produktif punya akses efektif ke layanan pelaku usaha sektor keuangan seperti kredit, tabungan, pinjaman, dan asuransi.