Rupiah Dibuka Menguat Terdorong Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga
- ANTARA
Jakarta, VIVA – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diprediksi masih akan dibuka berfluktuatif, namun ditutup menguat pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.243 per Kamis, 1 Agustus 2024. Posisi rupiah itu tercatat menguat 51 poin dari kurs sebelumnya, yang berada di level Rp 16.294 pada perdagangan Rabu, 31 Juli 2024.
Sementara itu, perdagangan di pasar spot pada Jumat, 2 Agustus 2024 hingga pukul 10.02 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.250 per dolar AS. Posisi itu melemah 13 poin atau 0,08 persen, dari posisi sebelumnya di level Rp 16.237 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim menjelaskan, Kepala The Federal Reserve, Jerome Powell, mengisyaratkan bahwa pemotongan suku bunga dapat dilakukan paling cepat pada bulan September, jika inflasi tetap sesuai dengan ekspektasi.
Powell, yang berbicara pada konferensi pers setelah keputusan The Fed untuk tidak mengubah suku bunga acuannya, menyalakan harapan investor untuk pemotongan suku bunga pada bulan September dengan menyatakan bahwa para pembuat kebijakan semakin yakin bahwa inflasi terus mendekati target 2 persen.
Gubernur Kazuo Ueda mengatakan, bank akan terus menaikkan suku bunga setelah kenaikan 15 basis poin pada hari Rabu, terutama jika ekonomi dan inflasi terus membaik sejalan dengan prospek BOJ.
Namun, komentar Ueda, yang muncul setelah pasar tutup, mengindikasikan bahwa bank sentral semakin dekat untuk mengakhiri langkah-langkah stimulus selama beberapa dekade lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Suku bunga acuan jangka pendek BOJ berada di sekitar 0,25% setelah kenaikan pada hari Rabu.
Pemulihan ekonomi Tiongkok terhenti karena data PMI yang lebih negatif. Data indeks manajer pembelian Caixin pada hari Kamis menunjukkan kontraksi yang tidak terduga di sektor manufaktur Tiongkok.
Angka tersebut muncul hanya sehari setelah data PMI pemerintah menunjukkan tren yang sama. PMI Caixin merupakan titik lemah utama, mengingat sejauh ini pada tahun 2024, PMI tersebut telah melukiskan gambaran yang lebih positif tentang sektor manufaktur Tiongkok.
Namun, pembacaan hari Kamis memunculkan kekhawatiran atas perlambatan yang lebih luas di sektor tersebut. Sementara PMI yang lemah dan komentar positif dari Beijing telah memicu taruhan pada lebih banyak stimulus sebagian memicu pemulihan pasar Tiongkok pada hari Rabu kehati-hatian yang terus-menerus atas perlambatan ekonomi membuat sebagian besar investor enggan terhadap saham Tiongkok.
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 16.180 - Rp 16.260," ujarnya.