Pupuk Indonesia Gandeng Chevron Kembangkan Teknologi Penangkapan Karbon

[dok. Humas PT Pupuk Indonesia (Persero)]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Chevron New Energies International Pte. Ltd, meneken Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan, terkait penilaian (assessment) penangkapan karbon sebagai upaya dekarbonisasi.

Indonesia Jadi Negara Penghasil Emisi Karbon Terbesar, Target Net Zero Emission Terkendala Ini

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan, kerja sama ini juga untuk mengoptimalkan produksi amonia yang rendah karbon, di kawasan industri PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).

"Pengembangan teknologi penangkapan karbon ini semakin memperluas kerja sama Pupuk Indonesia, dalam hal mengurangi emisi karbon pada industri pupuk nasional," kata Rahmad dalam keterangannya, Kamis, 1 Agustus 2024.

Jaga Ketahanan Pangan Warga Jakarta, Pupuk Indonesia Optimalkan Potensi Urban Farming

Dia menegaskan, ke depannya Pupuk Indonesia akan menjadi industri pupuk dan petrokimia terintegrasi, dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

"Ini akan menjadi solusi konkrit Pupuk Indonesia Grup dalam program dekarbonisasi, untuk menciptakan proses produksi amonia yang lebih rendah karbon atau blue ammonia,” ujar Rahmad.

Pacu Dekarbonisasi, IFC Kucurkan Investasi US$ 60 Juta ke Produsen Baja RI

Pupuk Indonesia.

Photo :
  • Dokumentasi Pupuk Indonesia.

Tujuan dari JDSA ini pertama adalah untuk memastikan kelayakan proyek penangkapan karbon dan offtake amonia rendah karbon, yang nanti akan dihasilkan dari proses penangkapan karbon ini. 

Blue ammonia yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk bahan baku pupuk seperti Urea dan NPK, untuk mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Selain itu, blue ammonia juga dapat menjadi salah satu sumber alternatif energi bersih masa depan.

Pupuk Indonesia.

Photo :
  • Antara/Rosa Panggabean.

Negara dengan komitmen tinggi untuk menyerap blue ammonia sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan adalah Jepang. Selain itu, blue ammonia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batu bara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Sehingga teknologi penangkapan karbon ini adalah infrastruktur penting dalam pengembangan amonia rendah karbon atau blue ammonia, karena ke depan kami prediksi permintaannya akan semakin meningkat seiring komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya