Harga Minyak Dunia Melonjak Usai Insiden Penembakan Pemimpin Hamas
- en.mehrnews.com
New York, VIVA – Harga minyak dunia naik lebih dari US$2 per barel setelah Pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh, tewas akibat serangan udara Israel di Iran pada Rabu (31/7/2021) pagi waktu setempat.
Pemerintah Iran mengatakan pembunuhan pemimpin Hamas berpotensi meningkatkan konflik di kawasan tersebut yang dapat mempengaruhi pasokan minyak dunia. Lonjakan harga minyak dunia bersamaan menguatnya saham-saham global.
Haniyeh berada di Teheran, Iran dalam rangka menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran. Ia merupakan tokoh kunci gencatan senjata di Gaza, Palestina. Informasi dilansir dari VIVA pada Rabu, 31 Juli 2024.
Mehr News Agency memberitakan kematian Haniyeh menyusul serangan Israel di Beirut Selasa malam yang ditujukan kepada seorang komandan senior Hizbullah. Pada bulan April, Israel membunuh anak-anak Haniyeh yang tewas dalam serangan udara di Gaza.
Mengutip Caledonian Record, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat naik US$2,10 menjadi US$76,83 per barel (setara Rp 1,25 juta dengan kurs Rp 16.284) di Bursa Perdagangan New York. Sementara minyak mentah Brent diperdagangkan US$ 80,12 per barel (setara Rp 1,3 juta) atau naik US$ 2,05.
Insiden yang dialami Pemimpin Hamas dinilai memicu risiko geopolitik. Pasar menilai akan memengaruhi produksi dan ekspor minyak dari Iran ke negara lain.
Di luar Timur Tengah, American Petroleum Institute mengatakan persediaan minyak mentah turun 4,5 juta barel pada pekan lalu. Jika dikonfirmasi oleh angka resmi pada Rabu malam, ini akan menandai penurunan terpanjang sejak Januari 2022.
Pedagang juga memantau pertemuan komite OPEC yang akan berlangsung pada hari Kamis (1/8/2024). Selain itu, Investor tengah menanti keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang rencananya akan diumumkan pada Rabu sore waktu setempat.
Pasar menilai The Fed akan menunda pemotongan suku bunga. The Fed diperkirakan akan mulai menurunkannya pada pertemuan berikutnya (FOMC) di bulan September. Pelaku pasar juga menunggu keputusan dari Bank of England.