Menteri Bahlil Ungkap Biang Kerok PHK Massal Pabrik Tekstil di Jabar

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers di kantornya, Senin, 29 Juli 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, membeberkan sejumlah faktor yang menjadi biang kerok dari fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Utamanya yang terjadi di sejumlah pabrik tekstil wilayah Jawa Barat.

Minister Lahadalia Confirms B40 Program to Launch in Early January 2025

Bahlil mengatakan, selain memang ada pabrik tekstil yang benar-benar gulung tikar hingga harus menutup usahanya, nyatanya ada pula sejumlah pabrik tekstil yang memindahkan bisnisnya ke daerah lain sehingga menyebabkan terjadinya PHK tersebut.

"Memang benar terjadi PHK di beberapa tempat di Jawa Barat, tapi ini ada dua (faktor). Yang satu relokasi pabrik dari Jawa Barat ke daerah lain, dan ada juga yang memang menutup pabriknya," kata Bahlil saat ditemui di kantornya, Senin, 29 Juli 2024.

Cara Bahlil Ajak Semua Pemain 'Emas Hitam' Terlibat Lanjutkan Hilirisasi Batu Bara

[dok. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, salam konferensi pers di kantornya, Senin, 29 Juli 2024]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Dia pun menjabarkan dua faktor utama yang membuat industri tekstil lokal mengalami tekanan hebat. Pertama yakni soal kondisi mesin-mesin produksi yang sudah makin menua, dan kedua adalah soal biaya keekonomian yang lebih tinggi dibanding kompetitor dari negara lain.

Mendag Budi Batah Sritex Pailit Gegara Permendag 8/2024

"Jadi selain mesin-mesinnya sudah tua, yang kedua biaya ekonominya lebih tinggi dibanding negara lain. Sehingga hal ini terkait dengan produktivitas kerja kita. Maka kita harus cari jalan tengah," ujarnya.

Meski menegaskan bahwa hak-hak buruh harus terjamin dengan baik, namun Bahlil juga berharap bahwa kalangan buruh juga bisa ikut memperhatikan keberlangsungan kinerja perusahaan. Sebab apabila pabriknya sampai harus ditutup, maka semua pihak juga yang akan merasakan dampak negatifnya.

"Hak-hak buruh harus diperhatikan, dan buruh juga harus perhatikan keberlangsungan perusahaan. Karena kalau sampai tutup kan jadi rugi semua," kata Bahlil.

Dia mengakui, penutupan sejumlah pabrik tekstil hingga menyebabkan PHK massal serta berhentinya aktivitas produksi, juga telah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara. Namun, Dia mengatakan bahwa meskipun ada pabrik yang tutup, namun nyatanya ada juga pabrik baru yang dibuka sebagai bagian dari realisasi investasi.

"Tapi jangan sedih, karena pasti ada yang pergi dan ada juga yang datang. Contohnya kemarin kita resmikan pabrik sepatu di Kawasan Industri Terpadu Batang, di Jawa Tengah. Itu menciptakan lapangan kerja 2 ribu lebih," ujar Bahlil.

Karenanya, lanjut Bahlil, guna menarik investor, maka pemerintah pun memberikan sejumlah insentif perpajakan. Demikian juga dengan kalangan perbankan, yang tengah didorong pemerintah untuk menyalurkan pembiayaan kepada para pelaku industri tekstil guna melakukan peremajaan mesin.

"Kedua, harus ada kerja sama dengan saudara-saudara kita dari kalangan buruh, terkait lapangan kerja mereka dengan upah yang layak. Tapi buruh juga harus mengerti kalau industri enggak jalan, gimana pabrik mau survive," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya