Bahlil Sebut KIT Batang untuk Tampung Industri yang Hengkang dari China

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia [dok. YouTube Freeport Indonesia]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengakui, awal dibentuknya Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang sebenarnya ditujukan untuk menampung sejumlah industri yang hengkang dari China beberapa tahun lalu.

China Ikut Dorong UMKM Indonesia dapat Bersaing di Pasar Global

Sebab, kala itu Presiden Jokowi menginstruksikan kepadanya, bahwa Indonesia harus bisa menjadi tempat relokasi bagi sejumlah perusahaan China yang ingin memindahkan investasinya ke negara lain.

"Karena arahan Bapak (Presiden) waktu itu harus segera cari alternatif relokasi industri-industri yang hengkang dari China, supaya mereka bisa masuk ke Indonesia. Karena belum ada sama sekali yang masuk ke Indonesia," kata Bahlil saat memberikan sambutan di acara Peresmian Operasional KIT Batang, dikutip, Sabtu, 27 Juli 2024.

OJK Sanksi Sederet Perusahaan di Pasar Modal dan Cabut Izin Usaha Indosterling

Dia pun menceritakan rencana pembangunan KIT Batang, yang awalnya hendak dibangun di wilayah Brebes, Jawa Tengah. Namun karena lokasi yang ditetapkan di Brebes itu adalah bekas tambak udang yang kontur tanahnya 2,5 meter lebih rendah dari permukaan jalan dan dengan kedalaman 3 meter, maka hal itu dianggap tidak memungkinkan.

[dok. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Erick Thohir Ungkap Vale Lapor ke Jokowi soal Potensi Investasi Rp 169,4 T dengan VW hingga Ford

"Tanah yang di Brebes itu, kalaupun harus dilakukan reklamasi, sampai periodesasi (Jokowi) selesai pasti belum selesai juga reklamasi itu," ujarnya.

Bahlil mengatakan bahwa alternatif lahan selanjutnya adalah di kawasan Batang, Jawa Tengah, yang merupakan bekas area perkebunan tebu dan karet. Hingga akhirnya, KIT Batang pun dibangun di atas lahan seluas 4.300 hektare, dengan total investasi mencapai sebesar Rp 13,34 triliun.

Dia mengakui, fase awal pembangunan KIT Batang dilakukan tanpa menggunakan rencana induk yang jelas. Bahkan, Bahlil mengatakan bahwa modal pembangunan KIT Batang saat itu hanya berdasarkan keberanian semata.

"Saya ingat juga Pak, ini kawasan industri yang tidak punya masterplan di awal. Ini (modalnya) cuma keberanian saja," kata Bahlil.

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, saat memberikan kuliah umum di IPDN, Kamis, 11 Juli 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Sampai akhirnya, proses pembangunan pun digenjot, di mana saat ini sebagian besar infrastruktur di klaster 1 seluas 450 hektare telah diselesaikan. Bahkan, keseluruhan tenant pada fase 1 mencapai sebanyak 14 tenant, dengan total realisasi nilai investasi sebesar Rp 6,8 triliun dan estimasi serapan tenaga kerja sebesar 14.880 orang.

"Jadi jujur, 450 hektare tahap pertama (dari pembangunan KIT Batang), masterplan nya itu kita pakai intuisi. Jadi tidak semua yang dirumuskan konsultan itu bagus-bagus. Buktinya ada yang pakai intuisi, dan hasilnya seperti hari ini," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya