Saham Asia Anjlok Terseok Penurunan Indeks Nasdaq Composite
- Freepik/mrsiraphol
Asia - Mayoritas saham Asia-Pasifik merosot pada pembukaan pasar Kamis pagi, 18 Juli 2024. Penurunan nilai saham merupakan imbas nilai indeks Nasdaq Composite jatuh yang menjadi koreksi terburuk sejak Desember 2022.
Mengutip CNBC, indeks yang sarat emiten teknologi itu meorosot 2,77 persen dan menutup bursa pada level 17.996,92. Kondisi itu terjadi karena investor terus memfavoritkan saham yang sensitif terhadap suku bunga dibandingkan dengan emiten teknologi besar.
Sikap tersebut muncul di tengah optimisme pelaku pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga. Hal ini menyusul kehati-hatian Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Pergerakan saham di Asa juga dipengaruhi sikap investor yang masih mempertimbangkan laporan perdagangan terbaru Jepang. Data ekspor Jepang bulan Juni hanya naik 5,4 persen tahun ke tahun. Namun, turun tajam jika dibandingkan pada bulan Mei sebesar 13,5 persen.
Impor tumbuh 3,2 persen tahun ke tahun bulan. Kenaikan itu masih jauh dari perolehan pada bulan Mei yang mencapai 9,5 persen. Baik ekspor maupun impor gagal memenuhi ekspektasi pasar, yakni sebesar 6,4 persen dan 9,3 persen.
Defisit perdagangan Jepang juga menyempit dari 1,2 triliun Yen menjadi 224 miliar Yen.
Nikkei 225 Jepang merosot 1,32 persen. Indeks Topix ikut tergelincir 1 persen.
Kospi Korea Selatan melemah 1,27 persen. Senasib, Kosdaq berkapitalisasi turun 1,48 persen.
Indeks acuan Australia turun tipis karena investor menunggu data ketenagakerjaan yang akan dirilis nanti hari ini.
Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada pada level 17.685. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir HSI pada level 17.739,41.
Saham bergerak lebih fluktuatif di Wall Street. Dow Jones Industrial Average naik 243,60 poin atau 0,59 persen dan menutup bursa pada level 41.198,08. Ini adalah pertama kalinya indeks ditutup di atas level 41.000.
S&P 500 secara keseluruhan turun 1,39 persen. Dimana sektor teknologi informasi dan layanan komunikasi mengalami koreksi paling besar selama sesi perdagangan.