WIKA Rugi Rp 7,12 Triliun Akibat Proyek Whoosh? Ini Penjelasan Stafsus Menteri BUMN
- VIVAnews/Muhamad Solihin
Jakarta – PT Wijaya Karya Tbk (Persero) (WIKA) melaporkan rugi mencapai sebesar Rp 7,12 triliun di tahun 2023. Angka tersebut melonjak 11.860 persen dari laporan rugi bersih WIKA di tahun 2022 yang sebesar Rp 59,59 miliar.
Kerugian itu disebut-sebut karena tingginya beban bunga dan lain-lain, termasuk dari proyek pembangunan Kereta Cepat Whoosh.
Merespons kabar itu, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga membantah bahwa salah satu penyebab kerugian WIKA adalah karena proyek Kereta Cepat Whoosh tersebut. Sebab, menurutnya apa yang dilakukan WIKA di proyek Whoosh merupakan bentuk investasi.
"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada investasi dulu, misalnya kau bikin rumah, rugi apa enggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis, kalau misalnya bikin rugi itu kalau misalnya perusahaannya kereta cepatnya enggak jalan," kata Arya, dikutip Selasa, 16 Juli 2024.
Dia menjelaskan, proyek Kereta Cepat Whoosh ditargetkan memiliki 60 trayek, dan saat ini baru mencapai 40-an trayek. Karenanya, Arya menegaskan bahwa target investasi WIKA itu pun tidak bisa tiba-tiba langsung mencapai keuntungan sebagaimana yang diharapkan perseroan.
"Enggak mungkin tiba-tiba ya ada orang jualan masa langsung tercapai, ya dia bertahap. Tapi kan sekarang sudah bagus," ujarnya.
Diketahui, dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI beberapa waktu lalu, Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito mengatakan, selain tingginya beban bunga dan lain-lain, penyebab besarnya kerugian WIKA sepanjang tahun 2023 disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
"Ada dua komponen yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat alias Whoosh yang tiap tahun juga cukup besar," kata Agung.
Sebagai informasi, PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) alias KAI, sebagai pemilik mayoritas 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sementara WIKA sendiri diketahui menguasai 38 persen saham PSBI.