Tata Metal Lestari Ungkap Dampak IA-CEPA Dongkrak Ekspor Non-Migas RI
- Dokumentasi Kemendag.
Jakarta – Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) meminta, para perusahaan perwakilan perdagangan RI di luar negeri menggenjot kinerjanya secara maksimal dalam berkolaborasi dan berinovasi guna mengembangkan pasar Internasional. Sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi menggenjot ekonomi nasional di masa depan.
Hal ini ditegaskan Zulhas saat membuka secara virtual Rapat Koordinasi dan Pertemuan Teknis (Rakornis) Perwakilan Perdagangan (Perwadag) RI di Luar Negeri, di Grand Hyatt Melbourne, Australia. Dalam sambutannya, Mendag berharap, setiap Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri dapat meningkatkan ekspor dan mendorong terwujudnya visi Indonesia Emas.
"Kami sangat mendukung pelaksanaan Rapat Koordinasi dan Pertemuan Teknis (Rakornis) Perwakilan Perdagangan Luar Negeri Tahun 2024 di Melbourne. Kami berharap setiap perwakilan perdagangan dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Mari kita wujudkan visi Indonesia emas dengan semangat kolaborasi dan inovasi," terang Mendag Zulkifli Hasan, dikutip dari keterangannya, Senin, 15 Juli 2024.
Pada kesempatan yang sama, Plt. Sekjen Kemendag, Suhanto menerangkan, Rakornis Perwadag Luar Luar Negeri Tahun 2024 ini digelar di Melbourne, Australia tanggal 10 – 12 Juli 2024. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri yang berjumlah 120 orang termasuk Duta Besar WTO di Jenewa, Kepala KDEI di Taipei, para Atase Perdagangan, Konsul Perdagangan di Hong Kong dan para Kepala ITPC.
"Semoga Rakornis Perwadag 2024 ini memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya target yang telah ditentukan, khususnya peningkatan ekspor nasional," tegas Suhanto.
Dalam kesempatan ini, PT Tata Metal Lestari produsen baja lapis asal Indonesia yang mulai beroperasi 2019 dan telah merambah ekspor ke 20 negara, mengikuti mini expo yang diadakan dalam rangka Rakornis Perwadag 2024 yang dilakukan di Melbourne.
Mini Expo dilakukan dalam rangka menyemarakkan kegiatan rakornis sebagai bentuk dukungan perwakilan perdagangan Australia dalam rangka mendukung penetrasi produk Indonesia ke Australia dan diharapkan juga dapat didukung oleh para perwakilan perdagangan lainnya di negara penugasan.
Masih dalam rangkaian rakornis, dilakukan pula kunjungan ke salah satu mitra strategis PT Tata Metal Lestari yaitu industri roll former di Kota Melbourne pada tanggal 12 Juli 2024 oleh beberapa perwakilan Kementerian Perdagangan.
Head of Government & Public Relations PT Tata Metal Lestari, Maharany Putri menjelaskan, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) berdampak signifikan pada industri baja tanah air dan Australia dengan meningkatkan peluang perdagangan barang dan jasa, investasi dan kerja sama ekonomi (economic cooperation) kedua negara.
Menurutnya, dengan dibukanya akses bea masuk dari 15 persen menjadi 0% untuk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) sebanyak 250.000 ton di tahun pertama dan meningkat 5% setiap tahunnya, maka daya saing harga akan produk akhir di kedua negara bahkan di negara ketiga akan tercipta.
Inovasi, knowledge transfer serta penelitian dan pengembangan dalam industri baja lapis hingga konstruksi baja ringan pun teraktivasi sebagai manifestasi dari elemen kerja sama ekonomi yang pasti berujung kepada investasi.
"Perjanjian ini terbukti mampu meningkatkan akses pasar dengan mengurangi hambatan dan biaya bagi pelaku usaha yang melakukan ekspor ke Australia. Di sisi lain perjanjian ini juga membuka potensi sumber daya bagi industri baja hilir Indonesia dengan menunjukkan efisiensi biaya dan keadilan harga yang lebih baik. Produk akhirnya juga bisa dikirim ke negara ketiga," terang Maharany saat mendampingi Suhanto.
Ia menambahkan, hingga saat ini PT Tata Metal Lestari telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia yang cukup pesat peningkatan permintaannya.
Maharany berharap, dengan adanya Rakornis Perwadag 2024 dan kunjungan ke mitra strategis PT Tata Metal Lestari ini, dapat menjadi bukti kehebatan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha Indonesia yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global. Dan tentu termasuk pemantauan dan evaluasi yang mampu mengukur efektivitas dari masa ke masa.