Prabowo Pede Ekonomi RI Bisa Tumbuh 8 Persen, Hipmi Kepulauan Seribu Sebut Hilirisasi Jadi Pendorong

Prabowo Subianto
Sumber :
  • VIVA.co.id/Edwin Firdaus

Jakarta – Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto optimistis ekonomi Indonesia mampu mencapai pertumbuhan hingga 8 persen di era kepemimpinannya bersama dengan wakilnya Gibran Rakabuming Raka. Optimisme tersebut pun disambut baik oleh pengusaha muda.

RK di Depan Warga Betawi: Saya dan Pak Prabowo Bestie, Gampang Kalau Ada Apa-apa

Ketua Umum BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kepulauan Seribu, Rangga Derana Niode menilai bahwa keyakinan Presiden terpilih tersebut sangat wajar, jika melihat rancangan program dan langkah kebijakan ekonomi yang dibuat pada awal pemerintahannya.

“Kebijakan hilirisasi produksi dan distribusi menjadi salah satu kunci sekaligus aspek untuk mendorong mencapai pertumbuhan ekonomi di tahun pertama pemerintahannya,“ kata Derana kepada wartawan, Selasa, 9 Juli 2024.

Pramono Anung soal Hubungannya dengan Prabowo: Secara Pribadi Sangat Baik

Menteri Pertahanan sekaligus Presiden RI terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto di acara upacara peringatan HUT Bhayangkara ke-78 di Monas, Jakarta Pusat, Senin, 1 Juli 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di 2026 dan seterusnya sangat ditentukan oleh kebijakan dan program-program yang diambil pemerintah. Misalnya bagaimana mendorong konsumsi, ekspor, impor, serta investasi.

Prabowo Kunker ke Kamboja, Bahas Kolaborasi untuk Pembangunan ASEAN

“Tingkat efisien dari sistem ekonomi juga perlu diperhatikan, agar angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dari 6 saat ini, menjadi lebih kecil daripada 4, untuk menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi tumbuh, memperbaiki iklim investasi, membangun industri dan lainnya,” tutur Derana.

Hipmi.

Photo :
  • Istimewa.

“Dan saya yakin, itu akan dilakukan oleh Prabowo, di awal 2025 dan seterusnya,” ucap Derana.

Calon Ketua Umum Hipmi Jaya ini, meyakini Prabowo dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif, salah satunya dengan secepatnya mengatasi rendahnya kualitas angkatan kerja dan mencegah deindustrialisasi dini. 

Lebih lanjut Rangga menilai, rendahnya kualitas angkatan kerja menyebabkan bonus demografi, tidak banyak memberi manfaat ke industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut harus menjadi sorotan Pemerintah ke depannya.

“Selain untuk mencapai pertumbuhan 8 persen, industrialisasi dengan bonus demografi yang berkualitas, tentunya akan mengakselerasi perekonomian Indonesia, bahkan kita dapat keluar dari middle income trap, menuju negara berpenghasilan tertinggi,” tutup Derana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya