Jokowi Ungkap Penyebab Indonesia Tak Swasembada Pangan Lagi
- Istimewa
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap penyebab Indonesia tak lagi menyandang predikat swasembada pangan. Ia menyebut butuh waktu yang sangat panjang untuk mencapai swasembada pangan.
"Ini proses panjang ya, swasembada pangan itu tidak hanya kadang udah baik," ujar Jokowi di Sulawesi Selatan pada Jumat, 5 Juli 2024.
Selain harus melalui proses panjang, kata dia, ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi swasembada pangan, yaitu pengaruh perubahan iklim yang tidak menentu. Tidak hanya Indonesia, faktor iklim juga mempengaruhi produktivitas pangan di semua negara.
"Saya kira iklim sangat mempengaruhi produktivitas pangan di semua negara. Dulu kan kita sudah swasembada pangan, kemudian turun lagi karena ada El Nino, La Nina," katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani mengatakan bahwa gairah swasembada pangan di tengah masyarakat sudah mulai terasa pada saat pemerintahan selanjutnya, yang bakal dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakilnya Gibran Rakabuming Raka, akan menggagas program swasembada pangan.
Di mana-mana, menurutnya, masyarakat sudah mulai ingin beralih pekerjaan menjadi peternak susu, membuat ayam bertelor, menanam sayur untuk menjadi pemasok demi memenuhi kebutuhan program tersebut.
"Orang ingin berpikir menjadi penyuplai bagi kebutuhan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi, dan di mana-mana orang-orang bergairah bertanya kapan ini program ini bisa dimulai? Ini berkah kekuasaan," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa, 25 Juni 2024.
Sejauh ini, dia merasa bahwa Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas serta memiliki para petani yang terampil. Namun, kata dia, problem swasembada pangan sejauh ini masih menjadi problem yang serius.
Untuk itu, menurutnya, gairah swasembada itu nantinya sangat diperlukan oleh pemerintah, terlebih lagi saat ini Kementerian Pertanian pun tengah menyiapkan ratusan ribu hektar lahan di Merauke, Papua Selatan, untuk menyangga kebutuhan pangan.
Menurutnya, devisa Indonesia sejauh ini banyak dihabiskan untuk mengimpor beras hingga energi. Jika sektor pangan bisa dipenuhi oleh produk dalam negeri, maka negara akan bisa menghemat devisa yang begitu besar.
"Negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi sendiri, dan itu yang ditekadkan oleh Pak Prabowo, bukan hanya militer yang kuat, tapi pangan juga jadi strategi pertahanan kita," ujar dia.