Dolar AS Menguat Bisa Dongkrak Harga Tiket Pesawat, Begini Antisipasi Kemenhub
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS masih menjadi momok mengkhawatirkan dalam beberapa waktu terakhir, utamanya bagi berbagai sektor yang bakal terdampak karenanya. Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, 2 Juli 2024 di pasar spot, rupiah dikabarkan kembali melemah 50 poin atau 0,31 persen ke posisi Rp 16.371 per US$.
Lalu, bagaimana dampak tingginya kurs dolar AS terhadap rupiah itu bagi sektor penerbangan nasional, khususnya bagi harga tiket pesawat?
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Sigit Hani Hadiyanto mengatakan, saat ini pemerintah memang tengah berupaya mengevaluasi kondisi tersebut, dalam upaya memitigasi dampaknya secara langsung bagi sektor penerbangan utamanya terhadap harga tiket pesawat.
"Terkait dengan tarif tadi atau tiket (pesawat), memang pemerintah sedang melakukan upaya evaluasi terhadap kondisi tersebut," kata Sigit saat ditemui di acara Indonesia Aero Summit 2024, kawasan Pecenongan, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Juli 2024.
Dia mengatakan, meskipun saat ini diberlakukan tarif batas atas dan tarif batas bawah dalam hal penentuan harga tiket pesawat, namun diskusi mengenai hal tersebut diakui Sigit masih terus dilakukan Kemenhub bersama para stakeholder terkait khususnya pihak Indonesia National Air Carrier Association (INACA).
"Pemerintah dengan industri akan selalu bekerja sama untuk mengupayakan bahwa hal tersebut (tingginya kurs US$) tidak sampai menimbulkan konsekuensi yang kemudian berdampak negatif terhadap industri penerbangan," ujar Sigit.
Sebagai langkah mitigasinya, Sigit memastikan bahwa saat ini pihak Airnav sendiri tengah mengupayakan rute-rute yang lebih efisien. Sehingga, konsumsi bahan bakar bisa berkurang dan diharapkan akan mampu menekan cost menjadi lebih rendah.
"Dari sisi pemerintah, penggabungan AP I dan AP II tentunya juga akan menimbulkan cost yang lebih efisien. Jadi ini hal-hal yang terus kita upayakan untuk mengantisipasi kondisi yang terjadi sekarang," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, membenarkan hal tersebut. Dia memastikan, saat ini pihaknya juga tengah berupaya mengoptimalisasi beberapa rute penerbangan supaya bisa meningkatkan traffic.
"Kami berharap nanti dari Kementerian BUMN mungkin bisa memberikan relaksasi terhadap kegiatan airport, sehingga dalam respon tingginya harga nilai tukar Rupiah ini bisa membantu industri Airlines untuk tetap bisa survive," kata Denon.
Terkait dampak kenaikan US$ terhadap harga avtur bagi pihak maskapai, Denon memastikan bahwa upaya mitigasinya bahkan sudah dikoordinasikan dengan pihak Pertamina. Supaya, hal itu tidak sampai mempengaruhi sektor penerbangan secara signifikan.
"Kalau untuk avtur, kita sudah komunikasi langsung dengan Pertaminanya. Jadi ini juga bagian dari upaya INACA agar Kementerian terkait bisa mencari solusi terkait dengan naiknya US$ terhadap rupiah ini," ujar Denon.
Karenanya, melalui penyelenggaraan Indonesia Aero Summit (IAS) pada 2-3 Juli 2024 ini, Denon berharap seluruh stakeholder terkait bisa sama-sama membahas dampak dan mitigasi pelemahan Rupiah terhadap sektor penerbangan tersebut.
"Indonesia Aero Summit 2024 merupakan kegiatan perdana yang bertujuan untuk membahas aspek penting yang membentuk lanskap penerbangan, di tengah perubahan lingkungan yang dinamis. Diharapkan IAS 2024 mampu mengeksplorasi jalan menuju pertumbuhan berkelanjutan, inovasi, dan menjalin kolaborasi internasional di bidang industri penerbangan nasional Indonesia dan ASEAN," ujarnya.