Bank Dunia Soroti Program Makan Bergizi Gratis, Ini Kata Airlangga
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta - World Bank atau Bank Dunia menyoroti, soal program makan di sekolah. Bank Dunia menilai program ini tidak dirancang untuk berdampak pada stunting, karena stunting hanya dapat dicegah dalam periode 1.000 hari dari awal kehamilan.
Program makan di sekolah ini, diketahui serupa dengan program andalan presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yakni makan bergizi gratis. Pada program ini Pemerintah pada tahun depan akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun.
Hal ini pun direspons oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Airlangga mengatakan, tujuan dari program makanan bergizi gratis adalah untuk pertumbuhan, dan memenuhi target Programme for International Student Assessment (PISA).
"Tujuan makan bergizi itu pertumbuhan dan yang lainnya, supaya targetnya PISA, bukan pizza margherita," ujar Airlangga saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat, 28 Juni 2024.
Melansir laman Kemendikbud, PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia.
Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. PISA mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dilakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya.
Sebelumnya, Bank Dunia menyoroti program makan siang atau makan bergizi gratis. Hal ini berdasarkan laporan bertajuk Indonesia Economic Prospect edisi Juni 2024.
Bank Dunia menyebut bahwa program makan siang untuk anak sekolah populer dengan istilah school meals. Dengan kebijakan ini, pada 2022 ada 418 juta anak di dunia yang mendapatkan manfaat dari program tersebut.
Bank Dunia mengatakan bahwa makan sekolah memiliki beberapa tujuan yakni meningkatkan kesehatan dan gizi, meningkatkan kehadiran dan pembelajaran, serta perlindungan sosial.
Kendati demikian, Bank Dunia menyebut bahwa program makan di sekolah tidak dirancang untuk berdampak pada stunting. Pasalnya, stunting dapat dicegah dalam periode 1.000 hari dari awal kehamilan.
"Namun, makanan di sekolah mungkin berdampak pada keragaman pola makan dan anemia pada anak-anak yang bersekolah, meskipun hal ini bergantung pada komoditas spesifik yang ditawarkan," tulis laporan itu dikutip Kamis, 27 Juni 2024.
Di sisi lain, Bank Dunia menyebut school meals memberikan manfaat bagi kesejahteraan ekonomi rumah tangga penerima manfaat. Khususnya di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi.
Lalu dari sisi biaya, modalitas intervensi yang dipilih (makanan, kudapan, atau ransum untuk dibawa pulang), kualitas makanan (komposisi dan ukuran), jenis pengadaan (lokal atau terpusat), jumlah penerima manfaat, dan konteks geografis, logistik, dan kondisi iklim akan sangat mempengaruhi.