Jadi Bagian Ekonomi Masa Depan, Pemerintah Didorong Akomodir Regulasi Blockchain dan Kripto
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa nilai transaksi kripto di Indonesia telah mencapai lebih dari Rp 211,1 triliun pada tahun 2024, atau naik 328,63 persen dibandingkan tahun 2023. Pertumbuhan ini dinilai telah menunjukkan minat yang semakin meningkat terhadap teknologi blockchain.
Karenanya, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya, menekankan pentingnya regulasi yang tepat untuk mengelola perkembangan teknologi blockchain dan kripto di Indonesia.
"Sekarang pemerintah juga harus terus mengembangkan dan mengatur blockchain. Terlebih, sekarang OJK juga akan mengatur kripto. Nanti teknologi ini bisa diintegrasikan ke BPJS, asuransi, dan sebagainya," kata Tirta dalam keterangannya, Jumat, 28 Juni 202.
Saat ini perkembangan teknologi telah mengubah lanskap Teknologi Informasi (IT) dan bidang keahlian bisnis secara signifikan. Inovasi seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan big data mengubah fundamental cara perusahaan beroperasi dan berinovasi.
Sehingga, teknologi IT menjadi elemen krusial dalam pengelolaan data dan sistem informasi. Sementara bisnis dan sektor keuangan harus mengintegrasikan teknologi ini, untuk mempertahankan daya saing di pasar global yang semakin terhubung.
Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan menekankan, di era digital ini jurusan Teknologi Informasi (IT) memainkan peran krusial dalam perusahaan. Namun, bidang dan keahlian bisnis tetap tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan (AI).
"Munculnya teknologi seperti big data, blockchain, dan kripto di sektor keuangan, semakin menegaskan pentingnya peningkatan keterampilan dan pembelajaran berkelanjutan," kata Oscar.
Dalam industri keuangan, teknologi blockchain telah membuka jalan bagi konsep keuangan terdesentralisasi (DeFi). DeFi memungkinkan layanan keuangan seperti pinjaman dan investasi tanpa perantara tradisional. Data dari DeFi Pulse menunjukkan bahwa total nilai terkunci (TVL) dalam aplikasi DeFi telah mencapai lebih dari US$100 miliar pada tahun 2024. Hal ini membuktikan bagaimana teknologi ini merevolusi cara kita mengelola dan berinteraksi dengan uang.
"Teknologi blockchain juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini menunjukkan kepercayaan dan komitmen yang tinggi dari berbagai sektor industri, terhadap potensi teknologi blockchain dalam menciptakan nilai ekonomi baru," ujar Oscar.