Smelter Freeport Gresik Beroperasi, Airlangga Pede Tambah Penerimaan Negara
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto berharap, dengan mulai beroperasinya smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang diresmikan hari ini di Gresik, Jawa Timur, maka nantinya kebutuhan tembaga secara nasional akan bisa dipenuhi dari produksinya.
Sebab, Dia mengakui bahwa pasokan produk hilirisasi tembaga yang dibutuhkan Indonesia saat ini, masih mengandalkan produk impor seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen lain yang dibutuhkan dalam produksi Electric Vehicle (EV) seperti kabel, inverter, hingga baterai.
"Jadi ini sangat tepat waktu, karena sekarang renewable energy sedang menjadi tren. Dimana tren tersebut juga membutuhkan critical mineral, dan salah satunya adalah copper," kata Airlangga sebagaimana dikutip dari YouTube Freeport Indonesia, Kamis, 27 Juni 2024.
Dia menjelaskan, smelter PTFI ini merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia, dengan kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Proyek yang menempati lahan 100 hektare di KEK Java Integrated Industrial Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur tersebut, memiliki nilai investasi kumulatif mencapai Rp 58 triliun atau sekitar US$3,7 miliar.
"Dan investasi tersebut tidak hanya akan memberikan manfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri, tetapi juga akan menciptakan multiplier effects kepada masyarakat di Kabupaten Gresik," ujar Airlangga.
Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.
Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh kosentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI dapat semuanya diproses dan dimurnikan di dalam negeri, demikian juga lumpur anoda dari PT Smelting.
“Dan ini yang pertama integrasi tambang sampai dengan produk akhir. Dengan integrasi ini, maka produksi emas nanti yang 50 ton bayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai ke hilir. Demikian pula untuk perak juga bayar royalti. Jadi tentu banyak pendapatan yang didapatkan Pemerintah," ujarnya.