Pendapatan Negara Turun 7,1 Persen di-Mei, Sri Mulyani: Kita Monitor dan Waspadai

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati membeberkan pendapatan negara hingga Mei 2024 mengalami penurunan sebesar 7,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Penurunan ini dipicu oleh harga komoditas, yang tidak setinggi tahun sebelumnya. 

Ekspor Bukan Hanya untuk Perusahaan Besar

Sri Mulyani mengatakan, pada Mei 2024 ini pendapatan negara yang terdiri dari pajak, bea dan cukai, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta hibah mencapai Rp 1.123,5 triliun. Artinya, sudah 40,1 persen dari target APBN 2024. 

"Meskipun pencapaian ini dari bulan Mei dari sisi presentasi cukup baik namun, kita lihat pertumbuhan dibandingkan tahun lalu Mei terjadi penurunan 7,1 persen yoy," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Kamis, 27 Juni 2024.

Sri Mulyani Tambah 2 Ditjen dan 1 Badan Baru di Kemenkeu, Ada yang Bertugas Jadi Intel Keuangan

Gedung Kementerian Keuangan RI.

Photo :
  • VIVA/Andry Daud

Sri Mulyani menjelaskan, penurunan pendapatan negara ini disebabkan harga komoditas. Karena pada tahun 2023 dan 2022 harga komoditas mengalami pertumbuhan tinggi.

Pimpinan DPR Tak Setuju Usulan DPD Soal MBG Pakai Dana Zakat: Lebih Baik Maksimalkan APBN

"Seperti diingat tahun 2023 dan 2022 di mana kenaikan harga terutama kenaikan pada 2022 dari komoditas-komoditas itu luar biasa tinggi. Sehingga membukukan penerimaan dan perpajakan cukup tinggi, ini tentu sesuatu yang perlu kita monitor dan waspadai," jelasnya.

Lebih lanjut Sri Mulyani menyampaikan untuk belanja negara hingga akhir Mei sebesar Rp 1.145,3 triliun. Realisasi ini sudah sebesar 34,4 persen dari pagu anggaran 2024. 

"Dan ini 14 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, atau artinya tumbuhnya 14 year on year," terangnya.

Sedangkan untuk APBN hingga Mei 2024 tercatat defisit sebesar Rp 21,8 triliun atau 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian keseimbangan primer tercatat surplus Rp 184,2 triliun. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya