Rupiah Terus Melemah, Industri Ini Terancam Ikut Kena Getahnya

Uang dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

Jakarta - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat diprediksi bakal berdampak ke sejumlah industri. Salah satu yang terkena imbas adalah industri manufaktur.

Beragam Inovasi dan Kolaborasi, Ajang IDEA Expo 2024 Panen Apresiasi

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti mengatakan hal itu tak lain karena mayoritas bahan baku dari industri manufaktur umumnya berasal dari luar negeri.

Dengan demikian, penguatan dolar AS terhadap Rupiah secara otomatis akan mempengaruhi hal tersebut. Sebab, perbedaan kurs yang mencolok itu akan mempengaruhi aspek impor dari bahan baku itu sendiri.

Samator Indo Gas Bukukan Laba Bersih Rp 85,5 Miliar Kuartal III-2024

"Karena nilai tukar Rupiah terhadap dolar terdepresiasi, sehingga industri manufaktur yang menggantungkan diri pada bahan baku impor akan sangat terdampak," kata Esther dalam telekonferensi di acara Kajian Tengah Tahun Indef 2024: 'Presiden Baru, Persoalan Lama', Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

[dok. Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Dibayangi Tekanan, Rupiah Menguat di Level Rp 16.309 per Dolar AS

Dia pun menegaskan periode pemerintahan selanjutnya harus mampu menjaga stabilitas Rupiah. Hal itu sekaligus perkuat fundamental perekonomian Indonesia.

Selain itu, Esther juga mengatakan industri manufaktur memiliki tantangan lainnya. Hal itu yakni karena fungsi intermediasi sektor keuangan domestik yang masih belum optimal.

Sebab, penyaluran kredit usaha nyatanya sampai saat ini masih tersegmentasi atau terbatas pada kalangan dan sektor tertentu. Terlebih, margin bunga yang ditanggung oleh pengusaha dinilai masih relatif tinggi.

Dengan demikian, berbagai hal itu jadi potensi yang dinilai akan turut mengancam keberlangsungan iklim usaha di dalam negeri.

"NIM (net-interest margin) perbankan kita masih relatif tinggi, ditambah dengan adanya kebijakan tingkat suku bunga tinggi dan nilai tukar yang sangat volatile. Sehingga ini menjadi beban yang nanti harus diurai pada pemerintahan presiden terpilih," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya