Sri Mulyani Ungkap APBN Mei 2024 Defisit Rp 21,8 Triliun

Konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

JakartaMenteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan defisit sebesar Rp 21,8 triliun per Mei 2024. 

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 132,2 Triliun hingga Mei 2024

Bendahara Negara menuturkan, defisit itu di angka 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini disampaikannya dalam Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. 

Overall balance kita sudah mengalami defisit Rp 21,8 triliun atau 0,1 persen PDB,” ujar Sri Mulyani di Kantor Pusat DJP, Jakarta, Senin, 24 Juni 2024. 

Jokowi Pastikan Program Bantuan Beras 10 Kg Lanjut hingga Desember, APBN Aman?

Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Sri Mulyani mengatakan, capaian APBN hingga akhir Mei tersebut masih dalam rencana pemerintah, yang mana sesuai dengan Undang-Undang APBN 2024. 

Pemerintah Kantongi Rp 58,8 Triliun dari Setoran Dividen BUMN per Mei 2024

“Ini masih relatif on track dengan total overall balance tahun in yang menurut UU APBN 2024 adalah di desain dengan defisit 2,29 persen,” terangnya. 

Bendahara Negara ini menjelaskan, defisit ini berasal dari kinerja pendapatan negara yang terkontraksi sebesar 7,1 persen. Sedangkan belanja negara terus meningkat sebesar 14 persen.

Menurutnya, itu dikarenakan dari kondisi global yang berubah pesat, seperti harga minyak, yield, nilai tukar rupiah, yang kemudian mempengaruhi kinerja perusahaan. 

Adapun pendapatan negara sampai dengan akhir Mei terkontraksi 7,1 persen yang terdiri dari penerimaan pajak yang terkontraksi 8,4 persen. Hal ini disebabkan oleh harga komoditas yang mengalami koreksi 

“Terutama perusahaan dengan harga komoditas, perusahaan mining CPO mereka mengalami koreksi dari sisi kinerja perusahaan untuk 2023 yang dilaporkan pada April lalu,” terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya