Saham Asia Lesu Dibayangi Isu Kenaikan Suku Bunga Australia

Gambar tersebut menunjukkan tanda panah yang mengarah ke atas, menggambarkan bahwa terjadi inflasi
Sumber :
  • vstory

Jakarta –  Saham Asia-Pasifik dibuka lebih rendah pada perdagangan Senin, 24 Juni 2024. Hal itu karena pelaku pasar menunggu laporan data inflasi Australia dan Jepang yang akan diumumkan pada pekan ini.

Pertumbuhan Ekonomi hingga Inflasi Dipastikan Terjaga PPN Jadi 12 Persen, Sistem Perpajakan Makin Kuat

Investor memberikan perhatian utama pada indeks harga konsumen Australia selama bulan Mei. Usai Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA), Michelle Bullock, mengungkapkan bank sentral tengah membahas kenaikan suku bunga pada pertemuan terakhir.

Mengutip CNBC, apabila inflasi lebih tinggi dari perkiraan pasar maka kemungkinan besar bank sentral Australia akan menaikkan suku bunga. Jika hal itu terjadi maka RBA menjadi bank pusat pertama di kawasan Asia-Pasifik yang meningkatkan suku bunga acuan. Padahal situasi saat ini memperlihatkan para investor justru sedang menantikan penurunan suku bunga.

Menjadi Akar Perekonomian Nasional, Menko Airlangga Dorong Koperasi Terus Tumbuh dan Beregenerasi

Alhasil, isu tersebut menjadi sentimen negatif terhadap pergerakan saham-saham besar di Asia. S&P/ASX 200 Australia turun menjadi 7.765 dari posisi 7.796. 

ilustrasi suku bunga

Photo :
  • Adri Prastowo
Indomie Sejumlah Rasa Ditarik dari Peredaran di Australia, Indofood Buka Suara

Nikkei 225 Jepang merosot dengan Chicago Futures di angka 38.5495 dan Osaka Futures di level 38.490. Sementara posisi terakhir saat penutupan di level 38.596,47.

Indeks Hang Seng Hong Kong juga melemah menjadi 17.968 dari level 19.028,52.

Lesunya pasar saham Asia juga diikuti penurunan beberapa saham besar di Wall Street. S&P 500 tergelincir imbas Nvidia koreksi selama dua hari berturut-turut pada pekan lalu. 

Nvidia mencatat penurunan 3,2 persen pada perdagangan Kamis (20/6/2024). Saham ini sempat rebound kenaikan signifikan yang tercatat sebagai rekor tertinggi. Sayangnya, posisi tersebut berakhir tragis karena perusahaan justru menutup perdagangan dengan terperosok lebih dari 3 persen. 

Secara keseluruhan saham S&P 500 turun 0,16 persen. Nasdaq Composite merosot 0,18 persen. Berbanding terbalik dengan Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,04 persen.

Emily Roland selaku Co-chief Investment Strategist di John Hancock Investment Management mengakui bahwa saham teknologi menjadi sorotan pelaku pasar yang menjadi sentimen positif bagi emiten.

"Saya tidak dapat mengingat kapan satu saham begitu berpengaruh di pasar. Hal tersebut benar-benar menjadi pendorong utama pergerakan pasar akhir-akhir ini," ujar Emily.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya