Gubernur BI Ungkap Emiten Bagi-bagi Dividen Juga Bikin Rupiah Melemah
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta – Nilai tukar rupiah belakangan ini sempat menyentuh level Rp 16.400 per dolar AS. Bahkan pada perdagangan sore ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Rp 16.422 per dolar AS atau melemah 0,35 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo pun membeberkan alasan melemahnya nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik salah satunya dipengaruhi oleh persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
Karena sebagaimana diketahui presiden terpilih RI, Prabowo Subianto akan dilantik pada November 2024 ini, menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Dari faktor domestik, tekanan pada rupiah juga disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Bank Indonesia Kamis, 20 Juni 2024.
Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah ini juga dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Federal Funds Rate (FFR).
"Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan FFR, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik," jelasnya.
Perry menuturkan, dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah melemah 5,92 persen dari level akhir Desember 2023. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan won Korea, baht Thailand, peso Meksiko, real Brazil, dan yen Jepang masing-masing sebesar 6,78 persen, 6,92 persen, 7,89 persen, 10,63 persen, dan 10,78 persen.
Meski demikian, Perry menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia.
"Nilai tukar rupiah pada Juni 2024 hingga 19 Juni 2024 terjaga, meski sempat tertekan 0,70 persen point to point (ptp), setelah pada Mei 2024 menguat 0,06 persen ptp dibandingkan dengan nilai tukar akhir bulan sebelumnya," terangnya.
Dia melanjutkan, ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak stabil. Hal ini sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," imbuhnya.