Atasi Kerawanan Pangan, Pertanian Cerdas Iklim Jadi Solusi

Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

JakartaPerubahan iklim dan kerawanan pangan menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian, khususnya padi dan jagung. Sebab gangguan terhadap kedua komoditas tersebut akan menimbulkan guncangan di masyarakat dan ancaman terhadap target pembangunan nasional.

Garap Lahan Pertanian 20 Ha Pakai Padi Biosalin, PGN Gandeng BRIN hingga Pemkot Semarang

Direktur PT Botani Seed Indonesia, Dadang Syamsul Munir menilai dengan kondisi itu pertanian cerdas iklim menjadi solusi dalam mengembangkan pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Sebab dengan pengembangan benih padi cerdas iklim dapat mengurangi kebutuhan pupuk dan air sehingga dapat mengurangi biaya perawatan padi.

“Benih cerdas iklim memiliki produktivitas tinggi namun low cost. Hal ini karena penggunaan pupuk lebih sedikit dan pemanfaatan air lebih efisien. Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan benih inovasi kami lebih adaptif terhadap perubahan iklim karena mampu mengurangi produksi emisi GRK (Gas Rumah Kaca),” kata Dadang dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.

Kelompok Petani Jeruk di Curup Bengkulu Jangkau Pasar Lebih Luas Berkat Pemberdayaan BRI

Dadang menuturkan, benih cerdas iklim juga adaptif terhadap iklim kering. Pada tahun lalu, penjualan dari benih cerdas iklim mencapai 300 ton.

Ilustrasi lahan pertanian.

Photo :
Dukung Percepatan Swasembada Pangan, Petrokimia Gresik Sebar 54 Taruna Makmur ke Berbagai Daerah

Bentuk pertanian cerdas iklim yang dilakukan PT Agrotama Tunas Sentosa adalah pengembangan produk pupuk berbasis  mineral organik yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi produksi gas metana.. PT ATS menjualnya dengan merek GPS (Gypsum Polyhalite Silica).

Sementara itu, Direktur PT Agrotama Tunas Sarana Eddyko menjelaskan, pupuk ramah lingkungan ini berasal dari cangkang kerang-kerangan dan sedimen diatom yang ditambang tanpa proses kimiawi sehingga lebih aman bagi tanaman dan lingkungan.

“Pupuk ini mengandung unsur hara makro sekunder yang dapat membantu meningkatkan kesehatan dan hasil tanaman serta memperbaiki dan menjaga kesuburan tanah. Penggunaan pupuk ini juga mampu menetralkan keasaman tanah sehingga menghambat pertumbuhan bakteri metanogenik yang menghasilkan gas methana,” jelasnya.

Ilustrasi teknologi pertanian.

Photo :
  • Pixabay

Eddyko menambahkan, PT Agrotama Tunas Sarana berkolaborasi dengan petani kunci bawang merah dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dalam mendorong adopsi penggunaan pupuk komersil berbasis mineral-organik yang bisa meningkatkan hasil panen dan juga memperbaiki kondisi tanah dan menekan pencemaran lingkungan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya