Tekan Prevalensi Merokok, Pemerintah Diminta Bantu Edukasi soal Produk Tembakau Alternatif
Jakarta – Para pelaku usaha yang tergabung dalam sejumlah asosiasi konsumen menegaskan, produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan hanya diperuntukkan bagi perokok dewasa.
Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo), Paido Siahaan mengatakan, hal itu ditegaskan pihaknya guna menanggapi sejumlah asumsi yang beredar di publik, yang menyebut bahwa produk tembakau alternatif juga ditujukan bagi anak-anak dan non-perokok.
"Produk tembakau alternatif tidak pernah ditujukan bagi anak-anak di bawah usia 18 tahun dan non-perokok. Produk yang telah terbukti secara kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, lebih rendah risiko ini hanya diperuntukkan untuk perokok dewasa yang mencari alternatif untuk mengurangi kebiasaan merokok," kata Paido dikutip Rabu, 19 Juni 2024.
Dia menambahkan, manfaat yang diharapkan dari penggunaan produk ini, antara lain yakni termasuk pengurangan risiko dibandingkan terus merokok secara konvensional.
"Bicara kajian ilmiah, hasil dari penggunaan produk tembakau alternatif berupa uap, bukan asap seperti pada rokok yang mengandung banyak zat kimia berbahaya," ujarnya.
Beralih ke Tembakau Alternatif yang Dinilai Rendah Risiko
Praktisi Kesehatan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dr. Jeffrey Ariesta Putra menyampaikan, pemerintah dapat menerapkan komunikasi persuasif dan edukasi positif, sekaligus memberikan solusi bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaan merokok.
"Salah satunya dengan mengomunikasikan dan mengedukasi pemanfaatan produk tembakau alternatif, karena telah terbukti secara ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan terus merokok," kata Jeffrey.
Sebab, lanjut dia, produk tembakau alternatif menghasilkan zat toksik atau zat berbahaya, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok. Sehingga, adanya inovasi lebih rendah risiko dalam industri tembakau, juga perlu dipertimbangkan pemerintah.
"Tentunya apabila pemerintah benar-benar ingin menekan angka prevalensi merokok," ujar Jeffrey.
Dia menambahkan, saat ini masih banyak misinformasi atau hoax di publik, yang menyebut bahwa produk tembakau alternatif sama berbahaya dengan rokok yang dibakar. Padahal, untuk mendiagnosis penyakit harus dilihat dari kombinasi gaya hidup dan level stres seseorang, meskipun yang disalahkan selalu dari aspek tembakaunya.
Sebagai seorang dokter, Jeffrey pun meminta pasien untuk mengurangi konsumsi, karena bahkan untuk berhenti merokok secara langsung memang tidak mudah bahkan lebih besar tingkat kegagalannya.
"Atas dasar itu, perokok dewasa perlu ditawarkan berbagai solusi, salah satunya dengan beralih ke produk lebih rendah risiko seperti produk tembakau alternatif jika mengalami kesulitan berhenti merokok," ujarnya.
Pakar Nikotin dan Kesehatan Publik Swedia, Dr. Karl Fagerström, menambahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) telah melaporkan bukti ilmiah yang tersedia, termasuk studi epidemiologi jangka panjang pada pengguna produk tembakau alternatif. Laporan tersebut menunjukkan dibandingkan dengan terus merokok, beralih ke produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kanker mulut, penyakit jantung, kanker paru-paru, stroke, emfisema, dan bronkitis.
“Swedia memiliki tingkat kematian jauh lebih rendah akibat kanker paru-paru, kanker lain, dan penyakit kardiovaskular yang biasanya dikaitkan dengan penggunaan rokok, dibandingkan dengan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya,” ujarnya.
Dengan temuan tersebut, Pemerintah Swedia sangat mendukung penggunaan produk tembakau alternatif. Berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif, prevalensi merokok di Swedia saat ini hanya 5,6 persen.
“Prevalensi merokok dapat dikurangi dengan produk tembakau alternatif. Jadi produk tembakau alternatif tidak seharusnya diatur lebih ketat dari rokok," ungkap Karl.