Terkuak Alasan Gen Z Sulit Punya Rumah Pribadi

Ilustrasi Gen Z sulit punya rumah pribadi
Sumber :
  • Freepik/xb100

Jakarta – Rumah jadi tempat pulang paling nyaman untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas. Tak heran semua orang mempunyai keinginan yang sama untuk memiliki rumah pribadi, termasuk Gen Z. Naasnya, Gen Z dihadapkan dengan berbagai hambatan yang membuat mereka lebih sulit untuk mewujudkan impian tersebut daripada generasi sebelumnya. 

Menjadi Akar Perekonomian Nasional, Menko Airlangga Dorong Koperasi Terus Tumbuh dan Beregenerasi

Hal itulah mengapa Gen Z dijuluki sebagai ‘generasi yang tertunda’ karena banyak pencapaian hidup mereka yang harus diurungkan, salah satunya memiliki rumah. Ada banyak faktor yang menyebabkan generasi tahun 1997 hingga 2012 ini sukar membeli rumah. Baik dari faktor eksternal maupun internal yang sumbernya dari diri Gen Z itu sendiri. 

Berikut uraiannya lengkapnya.

59% Gen Z dan Milenial Gunakan Paylater Untuk Atur Keuangan, Kok Bisa?

Ilustrasi rumah/hunian.

Photo :
  • Freepik/jcomp

1. Harga rumah terus meningkat dari tahun ke tahun

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Investor Soroti Laporan Ekonomi Jepang dan China

Harga rumah di kota-kota besar tanah air mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi itu dilatarbelakangi inflasi, tingginya permintaan, dan terbatasnya lahan. 

Mengutip Yahoo Finance, Gen Z membayar hingga 11 kali gaji rata-rata untuk total biaya hipotek rumah. Semakin tercekik, Gen Z juga harus membayar deposito rumah sebesar 20 persen dari gaji rata-rata tahunan. Bank Indonesia mencatat bahwa harga rumah mengalami kenaikan 11,25 persen pada tahun 2023. Lonjakan harga tersebut semakin mengecilkan harapan Gen Z memiliki hunian.

2. Pendapatan lebih rendah dari generasi sebelumnya

Upah Minimum Regional (UMR) di Indonesia memang mengalami kenaikan setiap tahun. Namun, kenaikannya tidak sebanding dengan kenaikan harga rumah. Ditambah dengan inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat Gen Z kian sukar membeli tempat tinggal. Alhasil, sulit bagi Gen Z yang baru masuk dunia kerja untuk membeli rumah pribadi dalam waktu singkat.

Sebagian Gen Z bekerja di sektor informal dengan gaji yang tidak stabil dan tanpa tunjangan, seperti jaminan kesehatan dan pensiun. Kondisi ini membuat mereka semakin sulit untuk menabung dan membeli rumah.

Ilustrasi orang kaya belanja.

Photo :
  • Pexels/freestocks.org

3. Gaya hidup konsumtif

Kebiasaan hidup boros jadi salah satu alasan Gen Z sulit punya rumah. Gaya hidup konsumtif membuat sulit untuk menyisihkan uang sebagai tabungan untuk membeli rumah. Gen Z cenderung lebih suka membeli printilan lucu, gawai terbaru, pakaian, dan hangout ke tempat yang viral di media sosial. 

Survei Insight Center pada tahun 2022 menunjukkan hampir 70 persen Gen Z di Indonesia menghabiskan lebih banyak menggunakan untuk untuk gaya hidup daripada menabung. Hal ini tentu saja membuat mereka semakin sulit untuk mencapai target keuangan, seperti membeli rumah.

4. Terbebani jumlah utang yang tinggi

Gaya hidup konsumtif para Gen Z menimbulkan lubang utang. Gen Z kerap mengambil kredit dan pinjaman online (pinjol) untuk memenuhi gaya hidup borosnya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebanyak 34,7 persen Gen Z di Indonesia memiliki utang kartu kredit.

Parktis, upah bulanan yang seharusnya dialokasikan untuk menabung membeli rumah justru untuk membayar utang. Gaji yang stagnan ditambah utang yang besar kian memberatkan mereka dalam mewujudkan mimpi untuk memiliki rumah pribadi.

5. Minimnya edukasi keuangan terhadap Gen Z

Tak semua Gen Z menyadari konsekuensi dari keputusan menggunakan kartu kredit atau mengambil pinjaman online. Lantaran mereka tidak minim mempunyai pengetahuan yang baik tentang keuangan. Gen Z cenderung mementingkan cara untuk memenuhi gaya hidup dan keinginan tanpa mengerti konsekuensi yang harus ia tanggung. 

Kurangnya edukasi keuangan di kalangan Gen Z membuat mereka tak paham cara mengelola keuangan dengan baik dan mencapai tujuan keuangan, seperti membeli rumah. Pemerintah dan lembaga terkait perlu turun tangan untuk meningkatkan literasi dan edukasi keuangan bagi Gen Z. Harapannya mereka dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan mencapai tujuan keuangan menuju financial freedom.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya