Dicecar BEI soal Strategi Atasi Defisit Rp 8,75 Triliun, Manajemen Bukalapak Buka Suara
- Dok.Bukalapak
Jakarta – PT Bukalapak.com (BUKA) memberikan jawaban kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI), perihal permintaan penjelasan terkait upaya mengatasi defisit saldo laba sebesar Rp 8,75 triliun per 31 Maret 2024.
Dalam jawaban yang diberikan kepada pihak BEI, manajemen BUKA menjelaskan bahwa pihaknya telah mengembangkan sejumlah strategi operasional dan pemasaran yang komprehensif. Dimana, salah satunya yakni dengan tetap berfokus pada tujuan jangka panjang, untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan laba berkelanjutan.
"Perseroan menjalankan strategi specialty verticals dengan menitikberatkan pada peningkatan sumber daya, dan peningkatan efisiensi rantai pasokan," tulis manajemen BUKA dalam keterangannya, dikutip Jumat, 14 Juni 2024.
Melalui strategi tersebut, manajemen akan berfokus memonetisasi kategori bisnis, supaya dapat memberikan pendapatan lebih baik kepada Perseroan. Sehingga juga bisa memberikan nilai tambah lebih tinggi kepada konsumen, tanpa harus memberikan subsidi berlebihan.
Mengenai strategi pemasaran, perseroan menerapkan program pemasaran melalui saluran online dan offline, agar dapat menjangkau seluruh target konsumen. Hal itu seiring memastikan adanya viabilitas bisnis dan kinerja ekonomi secara operasional, untuk inovasi bisnis yang dilakukan perseroan.
"Seiring perkembangan pesat teknologi e-Commerce, perseroan menyadari pentingnya adaptasi dan inovasi untuk tetap kompetitif di pasar yang terus berubah," ujar manajemen.
Karenanya, perseroan juga berfokus dalam pengembangan teknologi terbaru yang relevan dengan e-Commerce, seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan Generative AI. Apalagi, Sejak 2017 perseroan telah menggunakan AI untuk mengembangkan berbagai lini bisnis, termasuk platform marketplace.
Hal itu dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi seperti search engine, recommendation engine, dan computer vision untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
"Kemudian juga menggunakan teknologi Generative AI dalam pengembangan chatbot untuk dukungan pelanggan, asisten belanja, pemantauan media dan berita, marketing, dan lainnya," ujarnya.
Sebagai informasi, per 31 Maret 2024, perseroan tercatat memiliki 1.466 karyawan, atau menyusut dari akhir 2023 yang sebanyak 1.815 karyawan. Lay-off karyawan dilatarbelakangi evaluasi terhadap kinerja operasional, guna memenuhi kebutuhan para pengguna dan konsumen dengan lebih baik serta mengoptimalisasi kegiatan operasional.
Tindak lanjut dari hasil evaluasi itu, perseroan melakukan berbagai perubahan berbagai area termasuk kebutuhan sumber daya manusia. Penyesuaian kebutuhan SDM pada kali pertama juga pernah dilakukan pada 2019, yang mencerminkan kebutuhan Perseroan untuk beradaptasi dan tangguh dalam industri yang selalu berubah.