PUPR Catat Volume Tampungan Bendungan di Pulau Jawa Berkurang Karena El Nino

Modifikasi Cuaca Dengan Isi 43 Bendungan di Pulau Jawa (Doc: PUPR)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada Juni 2024.

Diterjang Cuaca Buruk, Helikopter BMKG Mendarat Darurat di Maros

Operasi TMC ini untuk mengisi 43 bendungan di Pulau Jawa yang mengalami penurunan daya tampung akibat El Nino.

Pelaksanaan TMC dibagi menjadi tiga posko, yakni Posko 2 di Bandung untuk 8 bendungan, Posko 3 di Solo untuk 23 bendungan dan Posko 4 di Malang untuk 12 bendungan.

Peringatan BMKG: Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 17-23 Desember 2024

“Teknologi modifikasi cuaca yang sering dilakukan oleh BMKG bertujuan untuk mengisi bendungan dan mengurangi risiko hujan atau banjir di berbagai tempat. Dengan teknologi modifikasi cuaca, kita bisa memonitor berapa kubik air yang kita dapat,” kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulisnya, pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Modifikasi Cuaca Dengan Isi 43 Bendungan di Pulau Jawa (Doc: PUPR)

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong
Dishub Jakarta Siapkan 10 Kapal untuk Kirim Pangan ke Kepulauan Seribu

Akibat El Nino, volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19 persen yaitu sebesar 981,5 juta meter kubik air.

Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari penurunan volume air ini yakni berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang akan mengurangi luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam. 

Melalui TMC tersebut, diharapkan dapat mengatasi defisit volume tampungan dan memastikan ketersediaan air selama Masa Tanam II, sehingga petani tetap bisa panen dan rencana layanan irigasi untuk Masa Tanam III dapat ditingkatkan.

TMC juga direncanakan dilakukan dengan 1-3 sorti (penerbangan) per hari dengan menggunakan 800 kilogram garam atau food grade dalam setiap penyemaian. Garam food grade digunakan supaya tidak mencemari lingkungan. 

“TMC merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam rangka mitigasi dampak musim kemarau, yang merupakan bagian dalam pengelolaan sumber daya air,” kata Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal SDA, Adek Rizaldi.

Kegiatan TMC diketahui telah dilaksanakan sejak 1-5 Juni 2024 dengan hasil terjadi hujan di sekitar 22 bendungan dari target 43 bendungan, yaitu Bendungan Jatiluhur, Kedung Ombo, Wadaslintang, Logung, Gembong, Sanggeh, Cipancuh, Bolang, Banyukuwung, Panohan, Grawang, Randugunting, Gunung Rowo, Gondang Lamongan, Prijetan, Telaga Ngebel, Rancabereum, Malahayu, Lodan, Cacaban, Wonorejo dan Pacal.

Adapun, tahapan pelaksanaan TMC meliputi BMKG menyediakan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa yang berpotensi menimbulkan hujan.

Direktorat Jenderal SDA mengidentifikasi bendungan yang memerlukan tambahan air, BRIN menganalisis kebutuhan bahan penyemaian dan merencanakan penerbangan, dan bersama TNI AU melaksanakan proses penyemaian awan.

Setelah penyemaian, BMKG dan BRIN memantau hasil dan terjadinya hujan, Direktorat Jenderal SDA kemudian memonitor curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow, dan outflow selama 24 jam, serta menganalisis tambahan air dan potensi layanan dengan volume efektif terkini.

Terakhir, dilakukan evaluasi pelaksanaan TMC setiap harinya. Tahapan di atas dilakukan berulang sampai TMC dinyatakan selesai, jika tidak ada potensi awan, atau bila tampungan waduk sudah mencukupi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya