Menteri KKP Jadikan Tual dan Kepulauan Aru Sebagai Modeling Penangkapan Ikan Terukur
- ANTARA FOTO/Ampelsa
Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono menjadikan Kota Tual dan Kepulauan Aru di Maluku sebagai lokasi modeling penangkapan ikan terukur (PIT). Pelaksanaan modeling ini melibatkan 187 kapal perikanan asal Pantai Utara (Pantura).
Trenggono menjelaskan, pelaksanaan modeling PIT menerapkan prinsip-prinsip penangkapan ikan yang berkelajutan dan ekosistem bisnis perikanan hulu hilir. Dalam hal ini pihaknya telah menyiapan berbagai infrastruktur untuk mendukung modeling, mulai dari sistem pengawasan pergerakan kapal berbasis satelit, aplikasi e-PIT, penguatan sumber daya manusia (SDM), hingga ekosistem industri hilir perikanan.Â
"Ini (PIT) belum 100 persen dijalankan, tapi ini kita mulai dengan baik. Supaya ini nanti harapan saya ekonomi akan tumbuh, dan syukur-syukur bisa naik terus," ujar Trenggono dalam keterangannya Selasa, 4 Juni 2024.
Dia mengungkapkan, terdapat 187 kapal yang akan menjadi bagian dalam pelaksanaan modeling PIT di Tual dan Kepulauan Aru. Ratusan kapal ini beroperasi di perairan laut Arafura, laut Aru dan laut Timor bagian Timor yang menjadi area Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 718. Â
Ratusan kapal perikanan asal Pantura bertonase besar tersebut selanjutnya akan berangkat dan mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan yang telah ditetapkan KKP. Sehingga tidak lagi kembali ke Pulau Jawa.
Untuk pelaksanaan modeling PIT di Tual jelasnya, kegiatan perikanan akan dipusatkan di Pelabuhan Perikanan (PP) Tual dan PPN Tual sebagai penyangga kegiatan administrasi perizinan kapal perikanan. Sedangkan di Kepulauan Aru akan dipusatkan di PP Benjina.
"Harapannya di sini bisa 5-6 kali pertumbuhannya. Karena produktivitasnya ada di sini, lalu dikembangkannya di sini, pengolahannya di sini, tenaga kerjanya juga bisa diambil dari sini, sehingga nanti multiplier effect-nya besar sekali. Itu harapannya. Jadi saat ini kita dalam proses pengujian," ucapnya.Â
Sementara itu Plt Dijen Perikanan Tangkap TB Haeru Rahayu mengatakan, implementasi modeling bertujuan menghubungkan sektor hulu (penangkapan) dengan hilir (pengolahan dan pemasaran). Kemudian mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penangkapan ikan, menjaga mutu ikan hasil tangkapan dan memperkuat hilirisasi produk, memberikan mutliplier effect untuk ekonomi lokal.
Penerapan modeling PIT, sambungnya, diproyeksikan menambah produksi tangkapan dengan estimasi mencapai 4.578 ton per bulannya, dengan nilai transaksi sebesar Rp 48,4 miliar, penyerapan tenaga kerja yang diutamakan untuk masyarakat lokal.
Selain itu, peningkatan aktivitas perikanan akan memperluas kesempatan ekspor langsung hasil perikanan dari Maluku.Â
"Selain itu juga sudah terjalin kerja sama dengan nelayan kecil sehingga hasil tangkapannya juga terserap," imbuhnya.