Kenang William Soeryadjaya, Jokowi: Kita Patut Belajar dari Perjuangan Sang Perintis Grup Astra
- Istimewa.
Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengantar di dalam buku Memoar William Soeryadjaya yang akan diluncurkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 12 Juni mendatang.
Dalam buku tersebut Presiden Joko Widodo menekankan inovasi dan industrialisasi menjadi kunci penting bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi sebelum 2045. Untuk itu, dibutuhkan sosok pengusaha seperti William Soeryadjaya yang telah mendirikan dan membesarkan Grup Astra sebagai salah satu lokomotif perekonomian nasional.
“Kita patut belajar dari perjuangan sang perintis Grup Astra, yaitu almarhum Pak William Soeryadjaya,” ujar Jokowi, dikutip, Rabu, 5 Juni 2024.
Diketahui, memoar berjudul “Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan” ini merupakan karya almarhum Ramadhan KH, salah seorang penulis biografi dan otobiografi ternama Indonesia. Setelah tertunda 20 tahun lebih lamanya, buku ini kini akan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
“Saya yakin buku ini akan menjadi inspirasi, sekaligus pemantik semangat bagi pembaca untuk terus berjuang dan teguh pada komitmen mewujudkan kejayaan,” ujar Presiden Jokowi.
“Para inovator, entrepreneur dan manajer hebat seperti inilah yang akan menjadi lokomotif pembangunan Indonesia,” tambahnya.
Peluncuran buku akan mengundang Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, serta dihadiri para tokoh bisnis, budaya, dan sastra. Acara bertajuk ‘Tribute to William Soeryadjaya dan Ramadhan KH’ ini juga akan diisi Pentas Teater ‘Om William Kita’ yang diperankan oleh Reza Rahadian, Happy Salma, dan Verdi Solaiman, serta didukung oleh Agus Noor (sutradara), Gilang Ramadhan (aransemen musik), dan Shahnaz Haque (narator), Adi Darmawan (Komodo Project) dan Dian HP.
Gilang Ramadhan, putera kedua almarhum Ramadhan KH, mengungkapkan, penyusunan memoar ini berawal dari keinginan besar ayahnya untuk menuliskan kisah William Soeryadjaya yang sangat dikaguminya.
“Bapak itu kalau menulis buku pasti mencari seseorang yang bisa memberikan dampak positif bagi Indonesia,” ujarnya.
“Om William itu bukan hanya sukses dari sisi bisnis, tetapi juga perjalanan hidupnya yang penuh tantangan membuat dia gigih dan pantang menyerah. Ada sisi humanis dari Om William yang diangkat oleh Bapak dalam buku ini,” ungkapnya.
Jokowi mengingatkan, dekade ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi sebelum 2045.
“Kuncinya, kita harus konsisten dan bekerja keras untuk melakukan inovasi dan industrialisasi secara inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Jokowi menambahkan, peran swasta dalam sejarah inovasi dan industrialisasi di Indonesia, tidak lepas dari nama besar Grup Astra yang didirikan oleh William Soeryadjaya. Sejak 1980-an, dua produk Astra yakni mobil Toyota Kijang dan sepeda motor Honda, sudah dikenal luas oleh publik Indonesia.
“Keduanya adalah sedikit dari sekian banyak produk Grup Astra di Indonesia, yang telah berkontribusi besar dalam membuka peluang kerja, ekspor, dan pertumbuhan ekonomi,” kata Jokowi.
Di dalam memoar ini, William Soeryadjaya bercerita tentang awal mula pembuatan mobil Toyota Kijang pada pertengahan tahun 1970-an. Ketika itu, dirancang satu jenis kendaraan bermotor yang murah, biaya pemeliharaannya rendah, dan irit dalam pemakaian bahan bakar.
Dari gagasan ini lahirlah di Indonesia jenis kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang muncul dengan berbagai merek. Dari sekitar lima merek KBNS yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1970-an, hanya Toyota Kijang yang mampu bertahan dan berkembang.
Jenis kendaraan ini diperkenalkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat Indonesia pada 9 Juni 1977. Hanya dalam waktu enam bulan sejak diperkenalkan, lebih dari 1.000 unit Toyota Kijang telah diproduksi. Dan hanya dalam waktu kurang dari dua tahun kemudian, unit yang ke-100 ribu dapat dicapai.
“Saya ingin Indonesia, yang sebenarnya kaya akan tanahnya, alamnya, iklimnya, dan penduduknya yang beragam etnis, bisa bersatu, maju, dan tak kalah dengan bangsa lain,” kata William dalam Memoarnya.
“Karena itu, jadikanlah perusahaan kita ‘the Indonesian Marubeni’ atau The Indonesian Samsung,” ungkapnya.