Curhat Sri Mulyani Setiap Hari Hadapi Roller Coaster Kelola APBN

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengibaratkan, naik turunnya harga atau volatilitas komoditas layaknya bermain roller coaster. Sebab, harga komoditas mengalami volatilitas dalam beberapa tahun terakhir, dan memengaruhi pengelolaan APBN.

Komjen Setyo Budiyanto Terpilih jadi Ketua KPK, Yudi Purnomo: Ada Tugas Berat Memulihkan Kepercayaan Publik

"Kami ingin sampaikan volatilitas yang sering kita sebutkan hanya dalam satu judul harga komoditas volatile. Ini untuk memberikan gambaran bagaimana volatilitas itu sebagai roller coaster," kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Selasa, 4 Juni 2024.

Sri Mulyani pun mengeluarkan candaan bahwa dia tidak berani menaiki roller coaster. Hal itu ucapnya, karena di setiap hari selalu menghadapi roller coaster di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

DPR Telah Pilih Lima Dewas KPK Periode 2024-2029, Tumpak Hatorangan: Mudah-mudahan Lebih Baik

"Saya tidak berani main roller coaster, tidak berani. Karena tiap hari sudah menghadapi roller coaster di APBN," jelasnya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia
PKB: Kenaikan PPN Bukan Harga Mati untuk Penguatan APBN

Sri Mulyani, menjelaskan harga minyak mentah Brent mengalami volatilitas di tengah ketidakpastian global. Tercatat pada tahun 2010 harga minyak Brent berada di kisaran US$80 per barel, kemudian naik di atas US$100 per barel pada 2011.

"Harga Brent di atas US$100 per barel selama di atas 3 tahun. Tiba-tiba jlek, jlek itu jatuh. Jatuhnya itu sangat dalam mencapai US$28 dolar per barel di tahun 2016," jelasnya.

Dia menyebut, harga Brent mulai merambat naik di sekitar US$60 dan kembali jatuh ke level terendah selama 5 dekade ketika pandemi COVID-19. Sebab saat itu, harga Brent hanya US$23 per barel.
 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2024, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 26 April 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

"Angka US$23 itu harga minyak pada saat sebelum perang Iran tahun 70-an 80-an. Dan kemudian dalam waktu kurang 2 tahun setelah pandemi naik lagi di US$120 per barel karena ada perang Ukraina dan Rusia dan melorot lagi di US$90 per barel," jelasnya.

Dengan hal itu jelas Sri Mulyani, kenaikan dan penurunan harga minyak telah mempengaruhi APBN dan perekonomian. "Kenaikan dan penurunan harga seperti ini jelas mempengaruhi APBN kita dan ekonomi kita," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya