Pasokan Melimpah, Harga Kebutuhan Pokok Terjun Bebas Jadi Pemicu Deflasi di Bali Bulan Mei 2024
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan harga di Provinsi Bali periode Mei 2024. Secara bulanan, Bali mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm).
Deflasi yang dialami pulau Dewata lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,32% (mtm) dan lebih dalam dibandingkan deflasi nasional sebesar -0,03% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, deflasi terutama bersumber dari penurunan harga beras, tomat, daging ayam ras, sawi hijau, dan cabai rawit.
Penurunan harga beras dan cabai rawit didorong oleh melimpahnya pasokan sehubungan dengan masuknya musim panen raya di Provinsi Bali.
Penurunan harga tomat dan sawi hijau memberikan tekanan terhadap perekonomian di Bali.
"Menurunnya harga kebutuhan pokok sejalan dengan meningkatnya pasokan dari Jawa dan membaiknya cuaca. Pasokan daging ayam ras juga meningkat, termasuk menurunnya harga jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak," kata Kepala Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, Senin, 3 Juni 2024.
Tekanan deflasi seringkali memperlambat pertumbuhan ekonomi. Berkurangnya belanja konsumen dan perolehan laba perusahaan jadi bagian dari dampak buruk terjadinya deflasi.
Erwin mengatakan, secara spasial, Kota Singaraja mengalami deflasi paling dalam sebesar -0,33% (mtm) atau 2,92% (yoy).
Selanjutnya, Tabanan mengalami deflasi sebesar -0,28% (mtm) atau 3,56% (yoy), Badung mengalami deflasi sebesar -0,09% (mtm), atau 4,01% (yoy), dan Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,05% (mtm), atau 3,52% (yoy).
Pada periode bulan Juni 2024, Bank Indonesia menekankan sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Antara lain, kenaikan harga minyak kelapa sawit global yang berpotensi merambat ke harga minyak goreng dan bahan bakar di dalam negeri.
"Ketidakpastian cuaca memengaruhi kesuburan tanaman, termasuk tanaman gumitir yang menjadi salah satu komponen canang sari," jelas Erwin.
"Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2024 tetap terjaga dan terkendali di rentang sasaran 2,5±1%," tambahnya.