BPS Catat 29 Provinsi Deflasi Beras, Harga Terus Turun
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta – Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia A. Widyasanti, melaporkan rata-rata harga gabah di tingkat petani dan harga beras di penggilingan baik grosir maupun eceran.
BPS mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada bulan Mei 2024 naik sebesar 2,73 persen secara month-to-month, dan sebesar 4,64 persen secara year-on-year (yoy). Sementara harga gabah kering giling (GKG) turun sebesar 4,06 persen secara mtm, dan naik sebesar 8,40 persen secara yoy.
"Sementara untuk rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan Mei 2024 turun sebesar 4,41 persen secara bulanan, namun naik sebesar 10,71 persen secara tahunan," kata Amalia dalam telekonferensi pers, Senin, 3 Juni 2024.
Kemudian, Amalia pun menyampaikan data soal inflasi beras di tingkat grosir dan eceran pada bulan Mei 2024. "Di tingkat grosir terjadi deflasi sebesar 3,11 persen secara month-to-month, dan terjadi inflasi sebesar 10,30 persen (yoy)," ujar Amalia.
Lalu di tingkat eceran, harga beras juga mengalami deflasi sebesar 3,59 persen secara mmtm, dan inflasi sebesar 11,75 persen (yoy).
"Harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras, dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia," kata Amalia.
Data BPS menyebut bahwa harga beras telah mengalami penurunan, bahkan menjadi penyumbang deflasi pada Mei 2024. Dalam data inflasi tahunan, inflasi beras juga mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir.
Dalam catatan deflasi Mei 2023, beras telah mengalami deflasi sebesar 3,59 persen, dengan andil deflasi inti sebesar 0,15 persen. Meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi komoditas beras kembali terjadi karena stok beras yang tersedia masih memadai.
"Secara umum, 29 provinsi mengalami deflasi beras, 1 provinsi stabil, dan 8 provinsi mengalami inflasi beras," ujarnya.