Bahlil Ungkap Freeport Sepakat Tambah Saham Pemerintah 10 Persen
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyampaikan perkembangan terkait rencana pemerintah yang akan menambah jumlah saham di PT Freeport Indonesia (PTFI) menjadi 61 persen pada 2024, dari saat ini yang sebesar 51 persen.
Bahlil mengatakan, langkah ini diambil sebab pemerintah ingin Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas. Negosiasi ini pun terangnya, sudah rampung.
“Negosiasinya sudah selesai dan Freeport setuju untuk penambahan saham 10 persen pada 2041 ke atas,” kata Bahlil dalam keterangannya Minggu, 2 Juni 2024.
Bahlil melanjutkan, saat ini Pemerintah Indonesia tengah mendorong PTFI untuk membangun smelter di Timika, Papua Tengah, dekat dengan tambang Freeport.
Menurut Bahlil, pembangunan smelter dan proses divestasi saham Freeport merupakan bagian dari program hilirisasi pemerintah, yang merupakan salah satu strategi investasi yang dilakukan oleh negara untuk menciptakan lapangan pekerjaan di masa mendatang.
“Dunia saat ini sedang berbicara tentang green energy dan green industry. 2035 puncaknya bonus demografi, 65 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif. Dan karena itu kita harus mendesain dari sekarang agar bangsa kita tidak menjadi negara konsumtif,” terangnya.
Bahlil memberikan contoh, cadangan nikel Indonesia mencapai 25 persen dari total cadangan nikel dunia, sehingga pemerintah memutuskan untuk menghentikan ekspor bijih nikel pada tahun 2019. Kebijakan tersebut berhasil memberikan nilai tambah terhadap perekonomian Indonesia.
“Nilai ekspor kita untuk nikel hanya US$3,3 miliar di 2017. Begitu ktia stop ekspor bahan baku, kita bagun industrinya, kita bangun pabriknya di Indonesia, apa yang terjadi pada 2023 kenaikannya menjadi US$33,5 miliar atau hampir sebesar Rp 500 triliun,” imbuhnya.
Bahlil mengatakan, banyak negara-negara maju yang tidak senang atas kebijakan Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel. Bahkan, Indonesia sempat digugat oleh Uni Eropa di World Trade Organization (WTO) terkait kebijakan tersebut.
“Mereka takut negara kita kuat. dan saya masih yakin bahwa ada sebagian negara lain yang tidak ingin Indonesia berdaulat dalam mengelola kekayaannya sendiri,” kata dia.
Selain itu, Bahlil mengatakan bahwa smelter PT PTFI dengan nilai investasi mencapai US$3 miliar yang berada di Gresik, Jawa Timur akan mulai beroperasi pada 1 Juli 2024.
“Mulai 1 Juli ke depan, pabrik Freeport akan mengolah konsentrat tembaga dari Timika di Gresik. Dalam satu tahun, pabrik ini akan menghasilkan 60 ton emas murni, 400 ribu ton katoda tembaga, dan berbagai produk turunan lainnya,” ujarnya.