Cara Unilever Indonesia Dorong Kesetaraan Gender hingga Pemenuhan Hak Disabilitas

[dok. PT Unilever Indonesia]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

JakartaUnilever Indonesia dengan menggandeng Komnas Disabilitas RI, menegaskan komitmen untuk menjalankan praktik bisnis yang mendukung penuh upaya edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender, khususnya di kalangan komunitas Tuli. 

Terungkap, Agus Pria Disabilitas Tanpa Lengan di Lombok Sering Bawa Wanita ke Homestay

Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, Kristy Nelwan mengatakan, hal inilah yang mendasari diluncurkannya ‘FeminisThemis Academy 2024’, sekaligus diskusi bertema ‘Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli’.

"Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu keadilan sosial, dan hak pendidikan kesehatan seksual serta reproduksi bagi perempuan Tuli," kata Kristy dalam keterangannya, Rabu, 29 Mei 2024.

Mendikdasmen Minta Masyarakat Bisa Menerima Penyandang Disabilitas Tanpa Diskriminasi

Pabrik Unilever.

Photo :
  • Repro video.

Dia menjelaskan, kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis ini menjadi sangat bermakna bagi publik, karena berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif.

Disabilitas Menembus Batas

"Tujuan dari penyelenggaraan program ‘FeminisThemis Academy’ sangat sejalan dengan tiga fokus utama ED&I kami, yaitu pertama terkait keadilan gender, keadilan untuk penyandang disabilitas, dan Penghapusan Diskriminasi dan Stigma," ujar Kristy.

Unilever Indonesia telah lama berkomitmen untuk mendukung inisiatif-inisiatif yang berfokus pada peningkatan kesetaraan dan inklusivitas. Dalam konteks ini, Unilever Indonesia tidak hanya memberikan dukungan finansial semata.

Logo Unilever.

Photo :
  • Unilever.co.uk

"Tapi juga berpartisipasi aktif dalam program-program yang dijalankan oleh FeminisThemis," ujarnya.

Sebagai informasi, FeminisThemis Academy 2024 akan berlangsung dari Juni hingga September 2024 secara hybrid, dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap tanggal 23 September.

Program ini mencakup beberapa rangkaian kegiatan seperti training of trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota (Bandung, Malang, dan Yogyakarta), serta rangkaian webinar yang mencakup berbagai topik terkait kesehatan seksual dan reproduksi, serta hak-hak perempuan Tuli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya