Diluncurkan September 2024, Luhut Sebut Potensi Minyak Jelantah Jadi Avtur Capai Rp 12 Triliun Per Tahun
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan menjadi yang terdepan dalam upaya tersebut.
Terkait hal itu, melalui Instagram resminya @luhut.pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu memastikan bahwa langkah uji coba SAF itu sendiri telah berhasil dilakukan oleh Pertamina.
Selain itu, Luhut juga mengatakan bahwa hal lain yang tak kalah penting adalah terjadinya penciptaan nilai ekonomi, melalui kapasitas produksi kilang-kilang biofuel milik Pertamina.
Bahkan, Dia memperkirakan bahwa penjualan SAF untuk di dalam negeri dan untuk kebutuhan ekspor, bisa menghasilkan keuntungan hingga mencapai lebih dari Rp 12 triliun.
"Diestimasikan bahwa penjualan SAF secara domestik dan ekspor dapat menciptakan keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahunnya," kata Luhut dikutip Rabu, 29 Mei 2024.
Dia menambahkan, avtur ramah lingkungan yang dikembangkan di dalam negeri itu, juga bisa memaksimalkan pemanfaatan minyak jelantah atau minyak kelapa sawit bekas memasak. Apalagi, Pertamina sudah melakukan uji coba statis pada mesin jet CFM56-7B yang dinilai sukses. Karenanya, Luhut meyakini bahwa SAF yang diproduksi Pertamina ini sudah siap untuk digunakan pada pesawat komersil secara masif dan meluas.
"Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil," ujar Luhut.
Dia memastikan, pemerintah akan menyusun Peraturan Presiden secara khusus untuk melandasi pengembangan SAF di Indonesia, yang rencananya akan dirilis pada September mendatang dalam gelaran Bali Air Show 2024.
"Saya menargetkan setelah keluarnya Peraturan Presiden, SAF dapat kita launching selambatnya pada @baliairshow, September mendatang," ujarnya.
Sebagai informasi, data IATA memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia, dalam waktu beberapa dekade mendatang. Diperkirakan, asumsi kebutuhan bahan bakar untuk pesawat bisa mencapai 7.500 ton liter hingga tahun 2030.