Jokowi Ungkap 'Operasi Senyap' Proses Ambil Alih Freeport dalam 3,5 Tahun
- Tangkapan layar akun twitter Presiden Jokowi
Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan kisah operasi senyap upaya pengambilalihan Freeport oleh Pemerintah Indonesia, melalui skema bisnis dengan menambah porsi kepemilikan saham.
Saat menjalankan rencana tersebut, Jokowi mengaku tak banyak pihak yang tahu sepak terjang yang dilakukan pemerintah, untuk mengambil alih 51 persen saham PT Freeport Indonesia dalam kurun waktu 3,5 tahun tersebut.
"Saya cerita sedikit mengenai Freeport. Karena dalam ambil alih Freeport menuju sekarang (dengan porsi saham) 51 persen dari semula 9 persen, ini memerlukan waktu 3,5 tahun dan kita bekerja diam-diam," kata Jokowi di acara Pelantikan Pengurus GP Ansor Periode 2024-2029, di GBK Senayan, Jakarta, Senin, 27 Mei 2024.
Bahkan dalam waktu dekat, Presiden memastikan bahwa porsi kepemilikan saham Freeport oleh pemerintah Indonesia masih akan bertambah lagi sebesar 10 persen.
"Enggak ada yang tahu. Tahu-tahu kita ambil alih dan sebentar lagi, Insya Allah dalam bulan-bulan ke depan ini, kita akan tambah lagi 10 persen menjadi 61 persen," ujar Presiden.
Dengan porsi saham Freeport sebesar 61 persen yang dikuasai pemerintah Indonesia tersebut, Jokowi meyakini bahwa sebesar 70-80 persen perkiraan keuntungan yang ada di Freeport akan masuk ke kas negara. "Baik dalam bentuk royalti, PPH Badan, PPH Karyawan, dalam bentuk bea ekspor, bea keluar, semua kalau kita kumpulkan akan berada pada jumlah yang sangat besar," kata Jokowi.
Karenanya, Presiden pun menegaskan bahwa saat ini Freeport sudah sah menjadi milik Indonesia. "Dan sekali lagi, kalau kita bicara Freeport itu bukan milik Amerika lagi, tapi sudah menjadi milik negara kita, Indonesia. Pengambilalihannya saya buka sedikit, pakai uang. Tidak pakai kekuatan, tapi pakai uang. Uangnya ngambilnya dari Amerika, kita bayar ke Freeport," ujar Jokowi.
Langkah ini menurut Jokowi merupakan strategi yang tepat, karena harga tembaga di dunia saat ini juga sudah naik drastis. Sehingga, upaya merebut kendali Freeport melalui jalan bisnis benar-benar bisa terealisasi, meskipun sempat dihadang sejumlah ancaman dari berbagai pihak yang kontra.
"Harganya sekarang sudah 4 kali lipat dari harga waktu kita beli, karena harga tembaga dunia sekarang ini naik drastis. Artinya kita untung dan untung, untungnya saat itu pemiliknya mau melepas," kata Jokowi.
"Meskipun juga saya banyak ditakut-takuti saat itu waktu proses pengambialihan, 'Pak hati-hati, Papua bisa bergolak. besoknya ada lagi, Pak hati-hati Papua bisa lepas dari Indonesia. Tapi pengambilalihan itu tidak dengan menggunakan kekuatan power negara kok, dengan cara-cara bisnis," ujarnya.