Banyak Pabrik Tekstil Bangkrut hingga PHK, Ini Biang Keroknya

Ilustrasi tekstil/baju/pakaian.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

Jakarta – Sejumlah perusahaan tekstil di Indonesia kini banyak yang bangkrut dan menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pun membongkar alasan mengapa banyak industri tekstil mengalami bangkrut. 

Bea Cukai Banten Terbitkan Izin Kawasan Berikat Baru

Kepala Departemen Riset Industri dan Regional Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, gangguan terhadap sektor yang tercakup ke dalam tekstil dan produk dari tekstil itu bukan disebabkan aktivitas ekonomi domestik yang melambat. Namun, hal ini lebih disebabkan gangguan pelemahan permintaan ekspor global.

"Nah, kontraksi di furnitur dan garmen ini jelas karena penurunan permintaan di negara maju atau negara tujuan ekspor," kata Deni dalam Mandiri Macroeconomic Outlook Selasa, 14 Mei 2024.

Kemenkeu Proyeksi Belanja Perpajakan Naik Jadi Rp 445,5 Triliun pada 2025

Dia menuturkan, kinerja nilai ekspor industri tekstil dan produk tekstil atau TPT telah terkontraksi 5 persen pada Maret 2024, ini bersamaan dengan turunnya industri furniture dan kayu yang sama-sama terkontraksi masing-masing sebesar 3 persen dan 23 persen.

Ilustrasi tekstil.

Photo :
  • Freepik
BPS Ungkap Impor Pakaian Jadi Masih Banjiri Pasar RI, Didominasi dari Tiongkok

Menurutnya, kondisi itu membuat pertumbuhan industri itu telah terkontraksi sepanjang 2023. Dijelaskannya, industri TPT pertumbuhannya telah minus 2,04 persen, meskipun pada kuartal I-2024 tumbuh positif di 2,64 persen.

Kemudian industri furnitur pada 2023 terkontraksi 0,03 persen, dan pada 2024 membaik menjadi 1,66 persen. Sedangkan industri kayu tidak terkontraksi meski pertumbuhannya hanya 1,2 persen pada 2023  meski pada kuartal I-2024 membaik menjadi 3,97 persen.

"Kita tahu pelemahan ekonomi global sangat berpengaruh ke kinerja ekspor di sektor manufaktur ini, dan sektor ini adalah sektor-sektor yang labour intensive," jelasnya. 

Sementara itu, Kepala Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, belanja fashion pada kuartal I-2024 tinggi yang mana berdasarkan data Mandiri Spending Index ada di level 178,1. 

"Jadi bahwa belanja di kuartal I masih relatif solid dan ini ditunjukkan oleh data di pengeluaran konsumsi rumah tangga secara nasional dari GDP kita terakhir," ucap Yudo.

Gedung Bank Mandiri

Photo :
  • Bank Mandiri

Kendati demikian, dia mengingatkan indeks belanja fashion memang tidak sekencang sektor lain seperti groceries atau bahan makanan yang tumbuh tinggi pada kuartal I-2024. Angka indeksnya mencapai 454,7, sedangkan pada kuartal I-2023 hanya 209,9 dan kuartal I 2022 hanya 127,2.

"Tetap memang fashion peningkatannya tidak sedrastis groceries maupun restoran. Ini mungkin juga yang dirasakan nanti oleh teman-teman yang bergerak di bidang departemen store ataupun fesyen yang dirasakan tidak sekencang tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya