Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Masih Untung Meski Masalah Geopolitik Berkecamuk

Menko Perekonomian Airlangga
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti perang yang terjadi di beberapa negara.

Gibran Minta Menpar Gelar Event hingga Convention di Lokasi Pasca-Bencana Guna Pulihkan Ekonomi Setempat

Meski demikian, menurut Airlangga Indonesia masih dapat mendapatkan keuntungan dari masalah tersebut.

Airlangga menjelaskan pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah cukup baik, termasuk di Provinsi Kalimantan, Maluku, Papua, yang memiliki basis pertambangan.

Tolak PPN Naik Jadi 12 Persen, YLKI Beberkan Ketidakadilan dalam Pemungutan Pajak

Adanya perang juga memberikan keuntungan bagi Indonesia, karena harga komoditas seperti emas dan nikel meningkat.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan)

Photo :
  • Dok. Kemenko Perekonomian
Nadia Siswi Kristen 9 Tahun di Madrasah Islam Kini Dapat Bantuan

"Ada krisis dan ketegangan membuat banyak yang beralih ke safe haven, sehingga harga emas naik, ekonomi kita naik. Dengan adanya ketegangan sedikit harga nikel juga naik dari 12 ribu ke 18 ribu. Sebenarnya Indonesia bisa memanfaatkan ketegangan tersebut," kata Airlangga dalam sambutannya dalam Seminar Ekonomi - Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045', di Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu, 11 Mei 2024.

Selain itu, ekonomi Ri juga masih tumbuh 5,11 persen pada Kuartal I - 2024, yang ditopang konsumsi dalam negeri karena adanya pemilu dan lebaran

Tidak hanya itu, jumlah penduduk bekerja di Indonesia pun bertambah dari 3,5 juta menjadi 142,18 juta dibandingkan Februari lalu, angka pengangguran juga berkurang 800 ribu dibanding tahun lalu menjadi 7,2 juta orang.

"Pekerja formal menjadi 40 persen lebih tinggi dari Februari 39,8," ucap Airlangga.

Dia menambahkan pertumbuhan sektor manufaktur RI masih baik di angka 54,2 persen.

"Kalaupun turun masih di atas 52,9 (persen). Artinya kita masih lebih baik dari China, Korea Selatan, maupun Malaysia," tuturnya.

Kendati demikian, faktor eksternal dari global masih perlu diwaspadai. Adanya perang yang masih terus menjadi risiko bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (Dunia) itu 3 persen, dan banyak risiko yang kita hadapi, seperti geopolitik."

Airlangga juga mewanti-wanti tekanan dari Eropa, di mana pertumbuhan ekonomi rendah hingga munculnya gerakan ekstrem kanan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya