Seberapa Penting Budaya Clock in dan Clock Out Karyawan Dorong Kinerja Perusahaan? Ini Penjelasannya

Ilustrasi karyawan.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

JakartaBudaya Clock in dan clock out menjadi ritual yang dilakukan oleh karyawan saat tiba dan pulang dari tempat kerja. Selain produktivitas, clock in dan clock out juga sangat berpengaruh pada absensi dan penggajian.

Pekan TV Fujian, Pintu Baru Menuju Pemahaman Antarbudaya

Oleh sebab itu, perusahaan dan bisnis harus membuat proses dan sistem clock in dan clock out yang mudah namun akurat saat digunakan untuk merekam kehadiran karyawan.

Stevens Jethefer, Head of Business Mekari Talenta, penyedia solusi human resource (HR), mengatakan bahwa sistem clock in dan clock out adalah bagian kritis dari manajemen tenaga kerja setiap perusahaan dan bisnis.

Tantangan Bisnis Ritel di Indonesia Tahun 2025

Sistem clock in dan clock out yang akurat dapat merekam kehadiran karyawan hingga ke payroll untuk mempermudah perhitungan penggajian.

“Sebab itu, sistem clock in dan clock out tidak bisa disepelekan karena berdampak langsung pada pengaturan human resource (HR) dan produktivitas kerja. Semakin banyak sumber daya manusia (SDM) dan semakin kompleks pengaturan jam kerja sebuah perusahaan atau bisnis, maka semakin penting pula menerapkan sistem clock in dan clock out yang otomatis, efisien, dan mudah digunakan oleh perusahaan maupun karyawan,” ucap Stevens dalam keterangan tertulisnya, pada Sabtu, 11 Mei 2024.

Padahal Batik Sudah Diakui UNESCO, Sayangnya Pengrajinnya Terus Berkurang

Ia juga menambahkan bahwa berbagai perusahaan kini sudah beralih ke teknologi untuk mendukung kelancaran clock in dan clock out.

“Selain kelancaran, teknologi memungkinkan perusahaan mengumpulkan data mengenai pola hadir karyawan yang kemudian bisa digunakan untuk merancang kebijakan HR,” tuturnya.

Ia pun membagikan tren menarik terkait kebiasaan clock in dan clock out karyawan berdasarkan data Mekari Talenta selama kuartal pertama 2024.

- Disiplin waktu

Setiap perusahaan dan bisnis memiliki pola pengaturan jam kerja tersendiri. Ada perusahaan, khususnya di industri manufaktur, yang menggunakan sistem shift, dan ada perusahaan, seperti di industri layanan profesional, yang menggunakan sistem flextime.

Apapun pengaturan jam kerja, data menunjukkan bahwa secara umum, karyawan melakukan clock in rata-rata 9 menit lebih awal dari jam masuk dan clock out rata-rata 18 menit setelah jam pulang.

“Bisa dilihat, kebanyakan karyawan cukup disiplin dalam menaati jadwal masuk dan pulang yang ditetapkan perusahaan,” katanya.

- Pulang tenggo

Mayoritas karyawan, atau 31 persen melakukan clock in di antara pukul 07:00 - 07:59. Di ujung hari kerja, kebanyakan, atau sama dengan 24 persen, dari karyawan melakukan clock out di antaram jam 17:00 - 17:59.

“Karyawan, khususnya mereka yang ngantor, memilih untuk datang lebih pagi agar mereka mempunyai waktu untuk menyiapkan diri untuk bekerja,” katanya.

- Serap tenaga kerja

Perusahaan-perusahaan di industri manufaktur berada di peringkat pertama pengguna sistem clock in dan clock out terbesar, mengingat banyaknya jumlah karyawan mereka. Khusus perusahaan manufaktur, 12 persen dari clock in dan clock out terpusat di Jakarta Barat dan 8 persen terpusat di Tangerang.

“Ketepatan tiba dan pulang dari tempat kerja sangat berdampak pada tingkat produktivitas perusahaan manufaktur. Oleh sebab itu, mereka mengedepankan penggunaan sistem clock in dan clock out yang bagus agar mereka bisa mengatur jadwal kerja ratusan karyawan sesuai dengan unit dan fungsi masing-masing,” katanya.

Ilustrasi mencari pekerjaan.

Photo :
  • bullseyerecruiting.net

- Shift pagi

Untuk industri manufacturing sendiri, shift yang paling populer adalah 'Shift Pagi' dengan mayoritas 35 persen clock in di jam 8:00. 

“Hal ini sesuai dengan shift pertama yang biasanya jatuh antara jam 8:00 - 17:00,” katanya.

Stevens menjelaskan bahwa ke depannya, teknologi mutakhir akan semakin banyak diadopsi oleh perusahaan dan bisnis untuk memudahkan clock in dan clock out bagi karyawan.

Salah satu teknologi terkini adalah touchless portal, di mana karyawan tidak perlu lagi menggunakan sidik jari untuk melakukan absensi.

Ilustrasi kerja jarak jauh (dok: Remote)

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

“Kami melihat bahwa perusahaan-perusahaan sudah mulai mencoba touchless portal dengan facial recognition yang bisa memindai wajah karena nilai tambah yang ditawarkan teknologi tersebut, yaitu tingkat keamanan lebih tinggi. Facial recognition mengurangi kemungkinan penyalahgunaan identitas antar karyawan untuk melakukan absensi. Di waktu yang bersamaan, teknologi tersebut mempercepat clock in dan clock out karena karyawan tidak perlu lagi berhenti untuk menekan sidik jari atau kartu ke mesin absensi,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya