Perajin di Bantul Ini Ubah Limbah Jadi Kerajinan Logam Beromset Ratusan Juta Per Bulan
- VIVA.co.id/Cahyo Edi (Yogyakarta)
Yogyakarta – Dari limbah aluminium, seorang pria asal Kotagede, Kota Yogyakarta bernama Wawang Supriyadi (45) mengubahnya menjadi kerajinan logam yang estetik. Di tangan Wawang, velg motor bekas, panci dan wajan rusak disulap menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Bermodalkan uang Rp 10 juta pada tahun 1998, Wawang mendirikan Wiroto Craft yang bergerak dibidang pembuatan souvenir becak-becakan, sepeda onthel, sepeda motor dan kerajinan logam lain. Saat ini, Wiroto Craft yang berada di Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul ini telah memiliki omset Rp 300 juta hingga Rp 400 juta setiap bulannya.
Wawang menceritakan usahanya ini terinsipirasi dari sang ayah yang merupakan pengrajin perak di Kotagede. Sering melihat ayahnya membuat perhiasan perak membuat Wawang muncul ide untuk mengolah logam menjadi berbagai bentuk.
"Ayah saya perajin perhiasan di Kotagede, dan kerajinan ini secara teknis pengerjaannya sama. Dari melihat setiap hari itu saya aplikasikan membuat kerajinan non perhiasan, karena sebetulnya lebih sulit membuat perhiasan daripada ini," ucap Wawang di Wiroto Craft, dikutip Senin, 7 Mei 2024.
Wawang menerangkan usahanya ini didirikan sejak tahun 1998. Kala itu Wawang membuat miniatur sepeda onthel dan becak dari bahan bekas dengan unsur logam. Miniatur karya Wawang ini saat itu justru banyak diminati di Malaysia.
"Untuk produk pertamanya saat itu miniatur tapi malah market pertama ke Malaysia. Jadi ada rekan di sana lalu butuh barang itu dan kita support," kenang Wawang.
Meski laku di Malaysia namun Wawang menyebut setelahnya ada masalah dalam permintaan barang ke Malaysia. Berawal dari situ kemudian Wawang mulai mengubah konsentrasinya untuk memasarkan miniaturnya di pasar domestik.
Wawang setelahnya terus melakukan inovasi dalam membuat kerajinan. Termasuk dengan menggunakan barang-barang bekas yang mengandung kuningan, tembaga dan aluminium dari bahan bekas.
Wawan menilai dari barang bekas ini dirinya bisa mendapatkan harganya bahan lebih terjangkau dan bisa menjadi barang dengan nilai jual tinggi jika benar memolesnya.
"Sumber bahan baku ya. Alhamdulillah ini recycle (daur ulang) semua ya. Jadi kalau yang dari aluminium bekas velg motor, panci, ketel, siku etalase, wajan dan kita belinya di tukang rongsok," jelas Wawang.
Wawang membeberkan bahan-bahan bekas yang diperolehnya dari tukang rongsok ini kemudian menjalani peleburan dan pencetakan hasilnya menyerupai aluminium. Setelahnya lalu dipoles dengan teknik electroplating atau proses pelapisan logam.
"Kalau alumunium itu dari materialnya kan sudah silver look. Jadi banyak customer kita yang tahunya bahan silver. Padahal ini dari aluminium dan tinggal proses poles finishing yang kita perkuat nanti hasilnya sudah seperti silver," ungkap Wawang.
Wawang menyebut dirinya, pada tahun 2014-2015 Wawang mengikuti program pelatihan dari Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Dari pelatihan ini, Wawang yang kala itu merasa belum mahir dalam manajemen usaha dan berpikiran bisa mendapat ilmu baru.
"Sekitar tahun 2014 ketemu YDBA. Dari situ YDBA memberi pelatihan. Lima tahun kemudian memfasilitasi kita untuk ketemu dengan Balai Logam Yogyakarta," urai Wawang.
Wawang menjabarkan hal paling menguntungkan dari pembinaan YDBA ini adalah Wiroto Craft bisa mendapat akses ke Balai Logam Yogyakarta. Akses ini kemudian mengubah cara produksi kerajinan logam buatan Wiroto Craft yang tadinya dikerjakan manual saat ini sudah menggunakan mesin.
"Jadi mereka kan bermitra sehingga kita lebih mudah untuk mengakses teknologi khususnya master dan cetakan. Karena dulu kita manual dan saat ini sudah menggunakan mesin untuk master dan pencetakannya," ungkap Wawang.
Produksi kerajinan Wawang pun berkembang pesat dan hasilnya lebih maksimal karena pencetakannya menggunakan mesin. Efisiensi ini membuat Wawang dan 12 karyawannya saat ini bisa memproduksi sekitar 3 ribu kerajinan dalam berbagai bentuk setiap bulannya.
"Jadi untuk harga kerajinan logam ini mulai dari Rp 75 ribu sampai Rp 1,2 juta. Nah, satu bulan kadang bisa sampai 3.000 pieces, karena kita lebih ke kekuatan vendor-vendor. Jadi omzet per bulan bisa Rp 300-400 juta," ucap Wawang.
Terkait banyaknya pesanan, Wawang mengaku semua itu karena menyasar pembuatan hadiah yang diberikan atas nama perusahaan. Selain itu, kerajinan logamnya menyasar tempat penjualan oleh-oleh karena yang paling laris saat ini kerajinan logam bentuk wayang.
"Kalau market kita ada dua, yaitu menyasar pemerintah, BUMN untuk corporate gift dan yang kedua menyuplai toko oleh-oleh yang menjual beragam kerajinan. Tapi paling banyak ke toko oleh-oleh rutinitasnya, contoh di Bali ya yang dijual kerajinan logam bentuk penari-penari Bali," ucapnya.
"Market kita 75 persen domestik dan online juga ada lewat Instagram @Wiroto_gallery. Kalau ekspor, terakhir kita ke Amerika bulan Desember 2023, sebelumnya pernah ke Jerman, Belanda hingga Spanyol juga," tutup Wawang.