Wakili Indonesia di OECD, Menko Airlangga Bahas Tiga Isu Penting Ini
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mewakili Indonesia berbicara dalam pertemuan tingkat menteri anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis. Pada kesempatan, ini Airlangga menyampaikan tiga isu penting.
Di hadapan para menteri-menteri anggota OECD, Airlangga mengatakan isu yang pertama terkait sustainable agenda atau agenda pembangunan berkelanjutan.Â
"Kita bicara terkait dengan pembangunan berkelanjutan, dan juga terkait dengan program-program Indonesia yang terkait dengan lingkungan, terkait dengan transisi energi, dan terkait dengan capaian Indonesia ke depan untuk membangun ekonomi yang ramah terhadap lingkungan," kata Airlangga dalam keterangannya, Minggu, 5 Mei 2024.
Kedua, Airlangga menyampaikan soal pandangan Indonesia terkait dengan Artificial Inteligence (AI) atau kecerdasan buatan. Airlangga mengaku Indonesia diminta pandangannya terkait AI oleh OECD. Dalam pandangannya, Indonesia menegaskan perlunya AI yang bertanggung jawab dan mendukung Hiroshima Initiatif yang dilakukan Pemerintah Jepang. Â
"Kita melihat OECD akan segera membuat regulasi terkait AI, dan juga mitigasi terhadap dampaknya, baik terhadap publik, pemerintah, maupun stakeholders," ujar Airlangga.
Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menambahkan, isu ketiga yang disampaikan Indonesia di depan negara-negara anggota OECD yakni terkait freeflow data dengan trust. Terkait isu ini, OECD meminta Indonesia menyampaikan tanggapan pertama soal apa yang sudah dilakukan Indonesia dan ASEAN.Â
Airlangga mengatakan, dalam pidatonya, pimpinan sidang OECD yang juga Menteri Transformasi Digital Jepang Taro Kono menyebut OECD harus belajar dari Indonesia dan Jepang terkait dengan isu ini.
"ASEAN sudah maju selangkah lebih depan, dengan digital framework agreement yang sudah di-launch oleh Indonesia. Dan di dalam itu termasuk interoperability daripada data, kemudian, cross borders data dengan trustworthy, dan yang ketiga bahkan kita sudah move beyond dengan data tersebut. Sudah melakukan local currency seatlement dengan payment sistem di lima negara ASEAN. Dan dari situ mereka ingin belajar dari negara-negara ASEAN," imbuhnya.Â