Langkah MRT Jakarta Atasi Sistem Pembayaran yang Buat Antrean Panjang
- Istimewa
Jakarta – PT MRT Jakarta (Perseroda) mengungkapkan, akan mengintegrasikan pembayaran dengan menggunakan kartu uang elektronik melalui penyatuan mesin pembaca (reader). Pembaharuan ini direncanakan masuk dalam target pengembangan MRT fase dua.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta, Mega Tarigan mengatakan hal itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengakses transportasi umum.Â
"Kita dalam tahap untuk menyatukan standar dari reader-reader itu, jadi si reader yang existing itu nanti akan kita lakukan upgrading. Upgrading-nya ini masuk paket 2027, paket fase dua nanti termasuk meng-upgrade semua render itu, sehingga nanti nyemplung cuma jadi satu aja," kata Mega dalam media briefing MRTJ Fellowship dikutip Minggu, 5 Mei 2024.
Menurutnya, pengembangan ini akan menyelesaikan beberapa tantangan operasional. Salah satunya, mengurangi antrean penumpang di pintu masuk maupun keluar stasiun.Â
Selain itu, saat ini pintu sentuh (tapping) dinilai belum ideal. Sebab, mesin pembaca lebih dari satu yang dimiliki oleh JakLingko dan MRT. "Hong Kong juga, itu ya reader-nya satu, enggak ada tambahan-tambahan gitu ya," jelasnya.
Dia pun membeberkan, penyebab lamanya tapping saat masuk atau keluar pintu MRT. Menurutnya, ini disebabkan karena kartu elektronik yang digunakan pengguna bukan Multi Trip Ticket (MTT) yang dimiliki oleh MRT.Â
Mega menjelaskan, saat awal pembangunan ini atau fase satu, standar pembayaran yang diterapkan itu menggunakan kartu MRT atau tipe C. Sedangkan, Kartu Multi Trip (KMT) yang dikeluarkan oleh perbankan seperti Flazz, Brizzi, hingga e-Money merupakan tipe A dan B.
"Kartu uang elektronik yang diisu sama perbankan itu seperti Flazz, Brizzi kalau engga A ya B. Makanya ketika si kartu dengan standar yang berbeda ini di tapp di reader MRT itu yang bikin lama, karena memang dari awal udah beda standar," jelasnya.
Sehingga dengan adanya mesin pembaca yang baru ini diharapkan akan mempercepat proses seluruh jenis kartu baik masuk dan keluar stasiun. Bahkan, MRT berencana memasukkan fitur untuk menghitung tarif terintegrasi.
Mega menyebut, tarif terintegrasi ini merupakan kebijakan dari Pemerintah. Dalam hal ini insentif ini diberikan untuk tiga moda transportasi publik seperti MRT, LRT Jakarta, dan Transjakarta.Â
"Jadi cukup bayar Rp 10 ribu, tiga jam multimoda. Ini akan sangat meringankan orang-orang yang kemana-mana menggunakan transportasi publik," katanya.Â