Sri Mulyani: Ekonomi Global Diperkirakan Stagnan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global akan stagnan. Ekonomi global diperkirakan akan ada di level 3,2 persen secara year on year (yoy) pada 2024.

Gibran Minta Menpar Gelar Event hingga Convention di Lokasi Pasca-Bencana Guna Pulihkan Ekonomi Setempat

"Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan relatif stagnan, dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang. Dalam laporan terbaru World Economic Outlook yang diterbitkan pada bulan April 2024. IMF memproyeksikan ekonomi global stagnan pada level 3,2 persen yoy untuk 2024," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK Jumat, 3 Mei 2024.  

Bendahara Negara ini juga kembali menyoroti soal eskalasi tensi geopolitik serta sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yang terus menahan tinggi suku bunga acuan untuk waktu yang lama atau higher for longer. 

Tolak PPN Naik Jadi 12 Persen, YLKI Beberkan Ketidakadilan dalam Pemungutan Pajak

“Masih kuatnya kinerja ekonomi AS diikuti dengan laju inflasi yang masih tinggi dan meningkat pada beberapa bulan terakhir, telah mendorong potensi penundaan dimulainya pemangkasan suku bunga oleh The Fed,” jelasnya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia
Nadia Siswi Kristen 9 Tahun di Madrasah Islam Kini Dapat Bantuan

Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan bahwa pada April 2024 ini dinamika ekonomi keuangan global mengalami perubahan sangat cepat dengan kecenderungan ke arah negatif. Hal ini akibat eskalasi perang di Timur Tengah dan geopolitik yang semakin tinggi.

Dia menjelaskan, hingga saat ini AS cenderung mempertahankan higher for longer dan penundaan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR), serta tingginya yield US Treasury telah menyebabkan terjadinya arus modal portofolio keluar dari negara berkembang ke AS.

Ilustrasi resesi ekonomi/krisis ekonomi global.

Photo :
  • vstory

Sri Mulyani mengatakan, kondisi ini telah menjadi penyebab penguatan mata uang dolar AS dan melemahnya berbagai mata uang dari banyak negara. 

“Ke depan, risiko terkait potensi penundaan pemangkasan FFR, tingginya yield US Treasury dan penguatan dolar AS, serta ekshalasi dari ketegangan geopolitik global akan terus dicermati,” imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya