BI Proyeksikan Suku Bunga The Fed Turun Satu Kali pada 2024
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
Sumatera Utara – Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi, suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR). BI memperkirakan suku bunga AS akan dipangkas sebanyak satu kali pada tahun ini, dari sebelumnya sebanyak tiga kali.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya mengatakan pihaknya memperkirakan suku bunga the Fed baru akan diturunkan pada Desember 2024.
"Asumsi penurunan FFR yang kita juga revisi. Kita memiliki asumsi bahwa FFR akan turun di most likely-nya itu satu kali di 2024, di kuartal IV di bulan Desember," ujar Juli dalam acara Pelatihan Jurnalis, di Samosir, Sumatera Utara, Senin, 29 April 2024.
Juli menjelaskan, perkiraan suku bunga the Fed itu turun hanya satu kali di tahun ini karena ekonomi dan inflasi Amerika Serikat masih kuat. Serta inflasi diprediksi tidak akan turun dalam waktu dekat.
"Karena tadi ekonomi AS termasuk inflasinya ternyata masih cukup kuat, dan inflasi tidak turun secepat yang diperkirakan. Perkiraan bahwa AS ekonominya mulai stabil," jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memproyeksikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR), akan dipangkas pada semester II-2024. Pemangkasan suku bunga itu diperkirakan dilakukan sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin (bps).
Perry mengatakan, hal itu didasarkan pada asesmen perekonomian, kondisi tenaga kerja, dan inflasi di AS. Kemudian penurunan inflasi di negara maju, termasuk di AS.
“Bacaan kami menunjukkan kemungkinan FFR akan mulai turun pada semester II, yang semula kami perkirakan dua kali, bacaan kami terakhir tiga kali sebesar 75 basis poin,” ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta Rabu, 17 Januari 2024.
Menurutnya, siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk the Fed, diperkirakan telah berakhir meskipun masih bertahan tinggi. Serta yield obligasi Pemerintah negara maju, termasuk US Treasury, menurun secara gradual tapi masih berada di level tinggi.
“Ini sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term-premia) terkait besarnya pembiayaan fiskal dan utang pemerintah AS,” jelasnya.