Neraca Perdagangan RI pada Maret 2024 Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono.
Sumber :
  • BI

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 meningkat menjadi US$4,47 miliar. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada Februari 2024 sebesar US$0,83 miliar. 

BI dan Otoritas Moneter Singapura Perpanjang Kerja Sama Keuangan hingga 2027, Intip Detailnya

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menilai dari capaian positif itu mampu untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. 

"Bank Indonesia memandang perkembangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," kata Erwin dalam keterangannya Senin, 22 April 2024. 

Harga Emas Hari Ini 2 November 2024: Produk Antam Melorot Jadi Rp 1.539.000 Per Gram

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Erwin menjelaskan, surplus neraca perdagangan Maret 2024 yang lebih tinggi terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat signifikan. 

BI Optimis Inflasi RI hingga Akhir 2024 Capai Target Sasaran

Adapun neraca perdagangan nonmigas pada Maret 2024 mencatat surplus sebesar US$6,51 miliar. Angka itu lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$2,60 miliar. 

"Surplus neraca perdagangan nonmigas yang tinggi ini sejalan dengan ekspor nonmigas yang meningkat mencapai US$21,15 miliar. Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut didukung oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti logam mulia dan perhiasan/permata, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati maupun ekspor produk manufaktur seperti mesin dan perlengkapan elektrik serta berbagai produk kimia," ujarnya. 

Erwin menuturkan, berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. 

Adapun defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat ke level US$2,04 miliar pada Maret 2024. Hal ini sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ekspor migas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya