Airlangga Tegaskan Tak Hanya Rupiah yang Melemah, Won hingga Bath Juga Ambruk
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta – Nilai tukar rupiah hingga saat ini masih tercatat di level Rp 16.200 per dolar AS. Melemahnya rupiah ini salah satunya dipicu oleh tekanan geopolitik yang memanas antara Israel-Iran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, dalam beberapa hari ini geopolitik relatif melandai. Dia pun menyebut, rupiah telah terdepresiasi atau melemah ke 5,16 year to date (ytd).
"Walau pun rupiah terdepresiasi 5,16 persen ytd ke level Rp 16.235 namun, kalau dibandingkan dengan regional jadi tekananya bukan hanya ke Indonesia tapi regional," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian Senin, 22 April 2024.
Airlangga mencatat, untuk New Taiwan Dollar atau mata uang Taiwan tercatat melemah ke 5,95 persen, won Korea Selatan di 6,62 persen, dan baht Thailand melemah ke 7,78 persen.
"Dan Jepang pun yen terdepresiasi 8,83 persen. Jadi Indonesia relatif fundamental cukup bagus," jelasnya.
Adapun pada penutupan perdagangan di pasar spot hari ini mata uang rupiah ditutup menguat di 0,14 persen atau 23 poin ke level Rp 16.237 per dolar AS.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan bahwa bank sentral akan memastikan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga dengan melakukan intervensi. Hal ini disampaikannya dalam Sidang IMF World Bank di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
"Kami terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan," kata Perry dalam keterangannya, Jumat, 19 April 2024.
Perry mengatakan, upaya stabilisasi dilakukan melalui pengelolaan aliran portofolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang pro-market, dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang, serta mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.